Obituari - Tawa Renyah Bambang Setiawan

  26 Mar 2012, 05:00

Rumahnya di kompleks perumahan di belakang rumahku; dia bilang, rumahku yang di belakang rumahnya. Sesudah bicara begini kami kemudian tertawa bersama.

Kalau keluar rumah dan lewat ru-mahku dia sering mampir. Namun walau pintu pagar sudah aku buka lebar-lebar, dia tidak mau masuk. "Gak usah, sebentar aja kok" begitu selalu alasannya maka kami pun ngobrol di luar pintu pagar. Dan yang dia katakan sebentar itu, bisa menjadi berpuluh-puluh menit, karena bahan pembicaraan tidak terbatas.

Dia duduk di sadel motornya, sedang aku berdiri di sampingnya; begitulah cara kami berbagi rasa. Uniknya, setiap kali ketemu pastilah diawali dengan tawa dan tertawa bersama selalu mewarnai perbincangan kami. Tertawanya yang renyah dan berderai, menghias wajahnya yang berkulit agak gelap namun mulus itu. Berlama-lama ngobrol dengan posisi seperti itu membuat orang-orang yang lewat menoleh melihat "ulah" kami berdua. Mungkin terlihat aneh di mata mereka, tapi kami tidak perduli dan menikmati ke-bersamaan seperti itu.

Intensinya untuk membantu teman amat besar. Saat aku men-sharingkan perpustakaan paroki (empat tahunan yang lalu), dia langsung menawarkan buku-buku yang mungkin bisa dipakai. Lalu keesokan harinya dia datang membawa buku-buku yang dimaksud. Antara lain ada buku yang besar, tebal dan berat; kumpulan lagu-lagu the Beatles lengkap dengan not balok.Waktu tahu aku suka buku itu, keesokan harinya dia bawa lagi satu untukku.

Walau banyak senyum dan tawa, dia punya prinsip yang kuat. Maka tidaklah heran kalau dia bisa "menghilang" dari aktivitas paroki dalam kurun waktu tertentu untuk kemudian di suatu ketika dia muncul lagi.

Sudah lama sekali aku tidak bertemu dengan dia, tapi tidak terpikir olehku karena kesibukan di pekerjaan dan kepanitiaan. Tidak sadar bahwa sudah lama sekali tidak ada acara ngobrol di luar pintu pagar.

Sampai suatu hari, saat santai di rumah dan aku teringat dia, Margriet tanya "Dad, ini Bambang Setiawan ya.." Dengan agak kaget aku tanya "Oh, memang kenapa?" "Meninggal", begitu jawab Margriet pendek. Bagai sambaran gledek di siang hari bolong, jawaban itu menyadarkan aku yang seolah melupakannya selama berbulan-bulan. Akupun tahu, ketidak-hadirannya di pintu pagar akan berlanjut selamanya dan tidaklah akan pernah ada lagi acara itu.

Rupanya Allah Bapa sudah punya acara dan rencana lain untuk dia yang jauh lebih baik.

Selamat jalan Bambang Setiawan... Tuhan Yesus menantimu.

(FX T Pranadi)

Lihat Juga:

Seputar MBK (WM) Lainnya...  Kembali

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi