Tuluskah Senyum Itu?
18 Oct 2013, 23:19
Honesty is the Best Policy. Kejujuran adalah kebijakan yang terbaik. Demikian tulisan dimata orang bijak. Susahkah mencari contoh peri kejujuran seperti itu. Sama sekali tidak. Kejujuran yang begini se-derhanabisa dipantau, dilihat dicermati dalam hidup keseharian antara lain dari senyum seseorang. Bagaimana ihwal senyum yang jujur tulus.
Sebelum menjawab pertanyaan itu saya justru ingin bertanya lebih dahulu. Apakah senyum itu harus disuruh, diperintah, atau wajib? Sejauh pengetahuan saya yang pendek: senyum, tepuk tangan, menyumbang atau kegiatan lain yang identik dengan itu muncul dari lubuk hati yang paling dalam orang per orang. Ini refleksi otomatis atas empati dan simpati yang ia rasakan dan hanya orang itu yang akhirnya memutuskan untuk senyum, tepuk tangan atau nyumbang. Kesimpulan sementara senyum itu tidak diperintah.
Namun saat pertemuan Pleno DP MBK 13 Oktober 2013 lalu terbaca dalam slide yang dipancarkan di layar topik program (kalau boleh disebut program) Sapa dan senyum. Ini menarik dicermati. Saya meraba-raba darimana ide ilham itu datang. Dalam pergaulan hidup sehari-hari, menyapa dan (ter)senyum itu melengkapi hidup orang per orang. Agak aneh, lucu, dan sedikit mengherankan jika kedua "kemampuan" itu tak dimiliki seseorang. Apakah umat MBK sudah tak bisa menyapa dan (ter) senyum. Tergilas penyakit apakah gerangan umat tercinta hingga sapa dan senyum pundiprogram untuk diimplementasikan (kembali) di antara kalian? Ataukah ini bentuk kesadaran akan hilangnya kehangatan kekeluargaan umat di gereja yang dulu pernah ada? Bukankah tiap misa bersalam damai sambil nyanyi? Mungkin yang damai hanya tangan yang dijulurkan, wajahsenyum entah kemana.
Sadar "sapa dan senyum" rupanya masih perlu dikembangbiakkan agar bertumbuh dan berkembang dalam kegembiraan. Senyum tanpa kegembiraan itu senyum dalam derita. Senyum seperti itu ada dan banyak dirasakan.
Jadi, ketulusan senyum itu bisa disampaikan sebagai berikut: Senyum itu melibatkan seluruh organ di wajah. Namun bibir dan mulut, mata pegang peranan. Bila proses pengatuban bibir dari atas ke bawah dan tarikan tutup mulut lebih cepat dibanding saat buka tutup mulut, itu tanda senyum tak tulus. Senyum tidak "honest" didorong aneka ragam sebab dalam jiwanya (selain sakit gigi yang akut). Senyum itu milik pribadi tidak bisa dibeli, diminta, dipinjam, dicuri, karena senyum bukan milik siapapun sebelum diberikan kepada orang lain. Orang bijak bicara.
Paroki MBK paroki "businessman" pasti banyak yang mencermati kalimat bijak yang dilontarkan Dale Carnegie, antara lain "Senyum menjadi penghibur bagi yang putus asa, sinar bagi yang berduka cita, dan penawar asli bagi orang yang kesusahan. Ditegaskan lagi: Senyum membawa rasa bahagia dalam rumah, berjasa baik dalam dunia perusahaan dan me-rupakan lambang persahabatan. Kearifan lokal tantang senyum diung-kap R.A. Kartini: Tak ada sesuatu yang lebih menyenangkan daripada menimbulkan senyum pada orang lain, terutama pada wajah yang kita cintai. Andai kita mencintai Yesus, adakah wajah Yesus yang senyum? Akhirnya saran paling penting adalah: "Jangan sekali-kali senyum tanpa alasan". Orang menduga anda bergelar S 3. - Suka Senyum Sendiri alias.....
(Soewanto Soewandi - St. Benedictus)
Lihat Juga:
Renungan Harian
Minggu, 3 Maret 2024
Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...
Jadwal Misa Rutin
Sabtu | Pukul 16:30 |
Pukul 19:00 | |
Minggu | Pukul 06:30 |
Pukul 09:00 | |
Pukul 11:30 | |
Pukul 16:30 | |
Pukul 19:00 |