Berdoa dengan Tubuh
Ign. Sunito | 22 Sep 2015, 10:18
Bagi umat Katolik mengenal berbagai macam doa untuk memuji kemuliaan Tuhan terutama doa dengan bernyanyi, doa dengan Kitab Suci, doa devosi, doa keutamaan Kristiani, doa meditasidengan berdiam diri. Namun doa dengan tubuh banyak yang belum mengenal, padahal doa ini sudah diperkenalkan oleh Santo Dominikus tahun 1260 sebagai Teology of the body. Contoh sederhana dengan membuat Tanda Salib, kita sudah berdoa dengan tubuh karena disertai gerakan tangan yang maknanya semua bisa dijelaskan. Demikian ceramah Romo Hadiwidjojo Pr, romo moderator Adi Yuswa Keuskupan Agung Jakarta didepan Paguyuban Adi Yuswa MBK di ruang Benedictus (12/9/015).
Tidak saja Tanda Salib, doa Bapa Kami juga bisa disertai gerakan tubuh, yang oleh romo diperagakan caranya dan diikuti oleh semua adi yuswa yang hadir. Dimana gerakan itu sangat mudah kalau dilakukan setiap hari secara teratur, seperti sebuah senam yang menyehatkan tubuh. " Tapi ingat, ya! Jangan dilakukan dalam Gereja terutama selagi mengikuti misa. Nanti kita dikira wong edan! baru keluar dari rumah sakit jiwa," ujar romo yang disambut ledakan ketawa para sepuh MBK. Semula, kata romo yang juga jagoan pencak silat selagi mudanya itu, ketika ia akan mengenalkan berdoa dengan tubuh sewaktu menjadi pastor Gereja Hati Kudus di Pasar Minggu sepertinya adalah idenya. Namun ternyata ada salah seorang suster yang tahu sejarah berdoa dengan tubuh itu. Padahal menurut Romo Hadiwidjojo, ia belum tahu sama sekali, dan gerakan dasar doa dengan tubuh itu seperti gerakan jurus pencak silat.
SANTO DOMINIKUS
Semua itu gara-gara oleh Romo Kurris, Romo Hadiwidjojo disuruh meninggalkan semua yang berbau pencak silat. " Itu ilmu kekerasan!," kata Romo Kurris dan Romo Hadi taat dan ia penasaran dan diam-diam berlatih sendiri. Maka ketika ia akan mengenalkan "penemuannya" ternyata ada suster yang tahu asal usul Doa dengan tubuh itu. Dimana ajaran Santo Dominikus itu menjadi bahan kotbah Santo Johanes Paulus II (JP II) setiap hari Rabu Di Basilika Vatikan. Kotbah-kotbah itu dikumpulkan dan ditulis oleh Suster Italia Martha E. Driscoli OSCO yang kebetulan sudah berada di Indonesia. Di pertapaan Gedono, Jateng. Romo Hadi segera menemui suster dan mendapat semua catatan JP II.
Pada kesempatan itu tidak saja dikenalkan Berdoa dengan tubuh, tetapi juga berdoa dengan bernyanyi yang semuanya selain olah tubuh dengan olah napas. Nyanyian-nyanyian rohani yang lagunya kita praktekkan bersama. Pendek kata semua apa yang dikemukakan oleh Romo Hadi merupakan pengetahuan baru buat kita semua, meski umur kita sudah dalam golongan Adi Yuswa. Karena caranya mengemukakan ringan, penuh humor dan banyak anekdot lucu-lucu, maka mudah sekali ditangkap intinya.
Ada empat prinsip yang harus diperhatikan dalam hidup ini, terutama di seminari. Yaitu prinsip SANTITAS menjadi suci atau berbuat baik.SANITAS menjaga kesehatan dengan olahraga misalnya. Kemudian SCIENSIA mempelajari ilmu pengetahuan, dan SOSIALITA bermasyarakat. Ini juga prinsip umum bagi umat. Berdoa dalam tubuh kalau dilakukan dengan teratur bisa menyehatkan tubuh. Badan sehat maka jiwa juga sehat.
Lihat Juga:
Renungan Harian
Minggu, 3 Maret 2024
Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...
Jadwal Misa Rutin
Sabtu | Pukul 16:30 |
Pukul 19:00 | |
Minggu | Pukul 06:30 |
Pukul 09:00 | |
Pukul 11:30 | |
Pukul 16:30 | |
Pukul 19:00 |