Mewartakan Kemuliaan Tuhan (Ringkasan Homili Bapak Uskup)

  17 Dec 2011, 07:26

Kesungguhan hati selama kurang lebih 8 minggu mengikuti pembekalan, pertobatan dan gladi bersih sudah terbayar tuntas. Hari Sabtu 3 Desember 2011, paroki Tomang - MBK menambah sekitar 340 orang yang siap diutus melayani Gereja demi kemuliaan Tuhan. Tetapi, seperti apakah kemuliaan Tuhan? Siapakah yang akan menyatakan kemuliaan Tuhan?

Mewartakan Kemuliaan Tuhan (Ringkasan Homili Bapak Uskup)

Santo Ireneus berpendapat, "Kemuliaan Tuhan adalah manusia hidup. Tidak usah kemana-mana mencari kemuliaan Tuhan. Kemuliaan Tuhan ada di pribadi-pribadi manusia saleh, bermartabat dan menghargai kehidupan." Pertanyaan lanjutannya adalah siapa yang harus menyatakan kemuliaan Tuhan agar manusia makin bermartabat?

Belum lama ini, KAJ mengirim dua orang imam projo yang baru saja selesai pendidikan ke pedalaman Papua. Keadaan di Jakarta 75 tahun lalu masih jauh lebih baik dibandingkan keadaan tempat mereka akan bertugas. Apa yang mendorong kedua imam itu berani menerima tawaran pergi ke Papua? Padahal ketika mereka memutuskan menjadi imam projo, mereka mempunyai harapan mendapat penugasan di Keuskupan Jakarta bukan di daerah terpencil.

Tentu ada dorongan Roh Kudus! Curahan Roh Kudus membuat mereka yakin bahwa martabat manusia Papua harus ditingkatkan melalui pendidikan. Tanpa pendidikan maka martabat mereka menjadi rendah dan kemuliaan Tuhan belum diangkat. Seorang anak telah lulus SMP ketika ditanya 1/2 + 1/3 maka jawabannya adalah 2/5; lima dikurang tujuh maka jawabannya habis. Kedua imam tersebut bertugas di paroki dan merangkap menjadi guru pengganti karena ada sekolah tetapi kekurangan guru atau seringkali guru tidak datang. Cita-citanya memberi pendidikan ke masyarakat agar mempunyai martabat dan selanjutnya kemuliaan Allah akan meningkat.

DenganS cara apakah Roh Kudus bekerja mendorong manusia? Pertama, bisa diamati pada waktu Yesus dibaptis oleh Yohanes Terdengar suara dari langit, "Engkaulah yang Kukasihi dan kepada-Mu Aku berkenan..." Roh Kudus turun dalam lambang Merpati. Burung merpati adalah burung yang tidak pernah bertengkar, penuh kedamaian, kasih. Demikian juga pada waktu kita dibaptis maka Roh Kudus menjadikan kita sebagai anak Allah terkasih.

Kedua, pada waktu Pantekosta ternyata Roh Kudus turun dalam lambang lidah api dan angin kencang. Hal ini disesuaikan dengan situasi saat itu dimana para Rasul sedang dalam keadaan lumpuh secara mental, kecewa dan amat takut. Lidah api yang menyala diharapkan membakar semangat para murid agar berani keluar dan angin yang kencang akan membawa langkah-langkah mereka menuju kebanyak tempat.

Demikian pula pada upacara pemberian sakramen Krisma hari ini para Romo mengenakan jubah merah supaya membakar para Krismawan menyatakan kemuliaan Allah dengan melayani sesama. Semakin manusia bermartabat semakin Allah dimuliakan. Beranikah aku mewartakan kemuliaan Allah?

(JA Gianto - catatan bebas kotbah Bapak Uskup I Suharyo, Minggu 3 November, Misa 17.00)

Lihat Juga:

Seputar MBK (WM) Lainnya...  Kembali

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi