Bertemu Saat Ada yang Meninggal

 Ign. Sunito  |     14 Feb 2015, 09:00

Relasi sebuah keluarga selalu ditekanan dan diingatkan sepanjang waktu dan masa. Apalagi tahun 2015 ini merupakan Tahun Keluarga untuk Keuskupan Agung Jakarta. Ditambah Paus Fransiskus juga menjadikan tahun ini sebagai Tahun Bakti. Maka tak heran dalam ibadat sabda dalam kunjungan pastoral Romo Paulus Kristianto Puji Sutrisno O.Carm ke lingkungan Thomas I Wilayah I (4/02/015) di tempat kediaman Koordinator Wilayah I Antonius Sutardi. juga menekankan masalah keluarga. Di samping dalam keluarga sendiri juga untuk warga lingkungan," jangan saling ketemu kalau ada yang meninggal saja," ujar Romo Kris.

Khusus untuk MBK memang akan banyak kegiatan dan diawali dengan Misa HUP Hari Ulang Tahun Perkawinan yang diimprovisasi. "Lihat saja di depan altar pekan lalu, Romo Heri jadi penyanyi vocal. Saya tukang kentrung. Romo Andy penyanyi latar dengan vokalnya...Ooouuu..... kembali kita bersama lagi.....kembali kita bertemu lagi". ujar Romo Kris yang berpenampilan santai itu. Tahun Keluarga mengingatkan kita bahwa kita ini tidak hidup sendirian, tetapi punya komunitas yang hidup yang perlu dipelihara agar kehidupan ini semakin bermutu di tengah kegersangan etika dan moral sekarang ini.

Lebih jauh Romo juga menyinggung harmonisasi dalam relasi suami isteri. Meski menerima sakramen perkawinan dalam pemberkatan di depan altar. Namun bukan modal untuk menolak gonjang ganjing. Juga bisikan setan juga mampu menembus ke dalam rumah ibadah. Sinyalemen Romo itu bisa kita hubungkan dengan data yang diperoleh penulis dalam salah satu artikel di KOMPAS, " Cerai kini lebih mudah"

KESAMAAN JENDER
Hasil penelitian peneliti Pusat Kesehatan Masyarakat Fakultas Psikologi UGM, Rachmat Hidayat, mengatakan pernikahan tak lagi dianggap sebagai tujuan hidup. Melainkan alat untuk sekadar mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan hidup. Data diambil dari kantor kementerian agama, dari 10 pernikahan, satu di antaranya cerai ketika perkawinan baru 'seumur jagung' di bawah lima tahun. Faktornya adalah kecepatan transformasi sosial dan perubahan demografi membuat banyak pasangan suami isteri hidup terpisah dari keluarga besarnya. Ini rentan berbagai godaan dan suatu saat bisa lepas kontrol.

Disamping itu makin kuatnya posisi perempuan, mereka berani meneriakkan hak-haknya dan berani menentukan apa yang terbaik buat dirinya sendiri.

Data ini lebih diperkuat dari Pengadilan Agama 2012. Dari 346.478 kasus hampir 70 prosen soal gugat cerai dari isteri, sementera laki-laki yang menjatuhkan talak hanya 30 prosen saja. Menonjolnya di pihak perempuan pengaruh hedonisme (pemuja kebendaan), gengsi atas kepemilikan harta benda. Sementara pihak lakinya tiada kesiapan tanggung jawab sebagai kepala keluarga. Ujung-ujungnya semua itu serba ingin instant (cepat kaya?) Naga-naganya ketika suami tak berdaya, isteri melakukan hal-hal yang tak terduga. Bagaimanapun perceraian adalah ancaman ketahanan keluarga. Tak ada yang menang. Anak menjadi korban.

Acara kunjungan pastoral diakhiri dengan tanya jawab, di mana persoalan OMK yang klasik itu-itu saja selalu terungkap. Sampai Romo menjawab, "Ya, kalau semua itu menjadi tanggung jawab pastor, ya, saya juga berat. Kembalikan saja kepada yang berkepentingan," kata romo dengan santai tanpa beban.

Mudah-mudahan Tahun Keluarga menjadi inspirasi umat Thomas I. Bravo Pak Tardi...wedang jahenya menghangatkan suasana. Terima kasih Romo Kris!

Lihat Juga:

Seputar MBK (WM) Lainnya...  Kembali

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi