Martabat dalam Sepasang Sepatu
Panitia Natal 2014 | 9 Nov 2014, 09:45
Dalam sejarah, barangkali tokoh yang paling erat dikaitkan dengan sepatu adalah Imelda Marcos. Ibu Negara Filipina tahun 1965-1985 itu mengoleksi 3.000 pasang sepatu, sementara sebagian rakyatnya bertelanjang kaki karena miskin. Kemarahan rakyat Filipina terhadap kepongahan pemerintahan Marcos pun meletus pada 1986. Presiden Marcos digulingkan dari takhtanya dan Imelda pun lari ke Hawaii meninggalkan ribuan pasang sepatu miliknya.
Sejak peristiwa itu, ada ungkapan 'setiap perempuan mempunyai sisi Imelda dalam dirinya' yang dikenakan pada para perempuan penggila sepatu. Bagaimanapun, sepatu adalah bagian dari fashion. Hal itu dapat menjadi masalah karena mendorong kita untuk berperilaku konsumtif. Kita mudah membeli, mengoleksi atau menyingkirkan sepatu hanya karena tren fashion, bukan karena sepatu lama sudah tak layak untuk dipakai lagi.
Di Kitab Suci, sepatu mempunyai makna yang dalam. Perikop tentang anak yang hilang (lih. Luk 15:11-31) menyebutkan seorang bapa menyuruh para pelayannya untuk mengenakan sepatu pada kaki anak hilang yang telah kembali. Dalam refleksi spiritualis Henri Nouwen, sepatu melambangkan kekuasaan sementara kaki telanjang merupakan simbol kemiskinan atau perbudakan. Mengenakan sepatu pada kaki yang telanjang berarti memberikan
perlindungan, keamanan dan kenyamanan serta status.
Jika Bapa yang baik hati itu merupakan personifikasi Allah dan kita adalah anak-anak yang hilang, dapat dikatakan: Allah mendandani anak-Nya dengan tanda kemerdekaan anak-anak Allah. Ia tak ingin satu pun dari mereka menjadi orang upahan atau budak.
Nah, bagaimanakah kita menampilkan diri selama ini? Apakah kita menampilkan diri serupa Imelda, ataukah sungguh berupaya menjadi anak-anak Allah yang merdeka?
Panitia Natal 2014 dan Tim Lomba Dekorasi Natal Daur Ulang Paroki Tomang mengajak umat MBK untuk bersama-sama merefleksikan cara hidup
terkait dengan perilaku konsumtif serta pengelolaan barang bekas (atau sampah) melalui 'pintu masuk' sepatu. Umat diajak untuk mengumpulkan sepatu-
sepatu bekas, yang akan digunakan sebagai dekorasi Natal 2014 di altar dan sekitar gereja. Sepatu-sepatu itu akan difungsikan sebagai wadah tanaman hias; suatu upaya untuk membuat barang yang terbuang menjadi dapat digunakan lagi.
Mari ikut serta dalam gerakan ini! Semoga momentum Natal tahun ini menggerakkan kita untuk menampilkan perilaku konsumen yang sehat serta semakin peduli pada peningkatan kualitas lingkungan hidup. Semoga Tuhan memberkati!
Lihat Juga:
Renungan Harian
Minggu, 3 Maret 2024
Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...
Jadwal Misa Rutin
Sabtu | Pukul 16:30 |
Pukul 19:00 | |
Minggu | Pukul 06:30 |
Pukul 09:00 | |
Pukul 11:30 | |
Pukul 16:30 | |
Pukul 19:00 |