Inspirasi untuk Melayani

 Stefani Handira  |     9 Mar 2014, 23:07

Hai Sahabat Muda Kristus, tidak terasa kita sudah memasuki masa pra-paskah kembali, yang mengingatkan kita tentang masa-masa kisah sengsara Tuhan Yesus. Dalam masa prapaskah kita mengenal adanya hari Rabu-Abu namun, tahukah kalian mengapa ada perayaan rabu abu dalam Gereja Katolik? Tentu saja ini bukan soal kebiasaan atau tradisi semata, tetapi benar-benar ada maknanya. Mudah-mudahan penjelasan berikut ini bisa membantu kalian memahami rabu abu.

Rabu abu adalah hari pertama yang menandai dimulainya masa prapaskah, sebuah masa pertobatan, pemeriksaan batin dan berpantang guna mempersiapkan diri untuk Kebangkitan Kristus dan Penebusan dosa kita. Jika dihitung dalam kalender umum, rabu abu jatuh 46 hari sebelum hari raya Paskah.

Penggunaan abu dalam liturgi berasal dari jaman Perjanjian Lama, berabad-abad sebelum Kristus. Abu melambangkan perkabungan, ketidakabadian, dan sesal/tobat. Seperti contohnya yang ada tertulis dalam kitab perjanjian lama,

Mordekhai mengenakan kain kabung dan abu ketika ia mendengar perintah Raja berniat membunuh semua orang Yahudi (Est 4: 1).

Ayub menyatakan sesalnya dengan duduk dalam debu dan abu (Ayb 42: 6).

Lalu aku mengarahkan mukaku kepada Tuhan Allah untuk berdoa dan bermohon, sambil berpuasa dan mengenakan kain kabung serta abu (Dan 9: 3).

Sesudah Yunus menyerukan agar orang berbalik kepada Tuhan dan bertobat, kota Niniwe memaklumkan puasa dan mengenakan kain kabung, dan raja menyelubungi diri dengan kain kabung lalu duduk di atas abu (Yun 3: 5-6).

Abu yang kita gunakan saat ini berasal dari daun-daun palma pada perayaan minggu palma tahun sebelumnya yang telah dibakar dan diberkati oleh imam. Imam akan menandai dahi kita dengan tanda salib dari abu tersebut dengan disertai perkataan "Bertobatlah dan percayalah kepada Injil" atau "Ingatlah, engkau berasal dari debu dan akan kembali menjadi debu".

Hari rabu abu sudah terhitung sebagai masa prapaskah. Oleh karenanya, kita diharapkan juga sudah memulai gerakan pertobatan kita. Di Indonesia, gerakan ini dikenal dengan sebutan Aksi Puasa Pembangunan (APP). Tujuan utamanya adalah untuk mempersiapkan diri menuju perayaan Paskah selama 40 hari (hari Minggu tidak dihitung karena merupakan Paskah kecil). Selama 40 hari masa prapaskah ini, kita diharapkan untuk mempersiapkan diri, hati, pikiran, dan jiwa dengan cara:

  1. Memperbanyak doa, dapat dilakukan secara pribadi maupun bersama-sama di dalam kelompok, termasuk berdevosi jalan salib setiap hari Jumat selama masa prapaskah.
  2. Memperdalam iman, melalui berbagai pertemuan kelompok, baik di paroki, stasi, lingkungan, maupun kelompok kategorial, untuk mendalami tema APP.
  3. Melakukan puasa dan pantang. Puasa berarti makan kenyang satu kali satu hari, dilakukan pada hari Rabu abu dan Jumat agung. Mereka yang wajib berpuasa adalah yang berusia 18 hingga 60 tahun. Sedangkan pantang diwajibka untuk mereka yang berusia 14 tahun ke atas dengan cara mengurangi apa yang kita sukai. Pantang dilakukan selama 7 kali hari Jumat termasuk Jumat agung dan Rabu abu.
  4. Menyumbang orang yang papa, dengan cara mengumpulkan uang dari hasil pantang dan puasa kita selama masa prapaskah untuk dana APP, termasuk hasil kolekte pada hari Minggu palma.

Nah, Sahabat Muda Kristus sekarang sudah mengetahui tentang ada perayaan Rabu abu dalam Gereja Katolik dan sekarang waktunya kita semua sebagai Sahabat Muda Kristus bersama - sama memasuki masa prapaskah dan mempersiapkan diri menuju hari raya Paskah.

Lihat Juga:

Seputar MBK (WM) Lainnya...  Kembali

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi