Perwira Kristus Dalam Pewartaan Kasih
20 Aug 2010, 18:56
Malam itu Rm. Eko membuka homili dengan pesan supaya berhati-hati jika membaca Kitab Perjanjian lama. Kebetulan yang dibicarakan Romo adalah bacaan pertama dari Pengkotbah, 1: 2; 2: 21-23. Masih menurut Romo, Kitab Kebijaksanaan - dari bacaan pertama - seakan-akan berbicara tentang kesia-siaan. Oleh sebab itu selayaknya dilihat dari konteks Perjanjian Lama karena trasisi Perjanjian Lama bersumber dari satu anggapan bahwa orang yang diberkati itu orang yang berpunya - orang yang punya unta banyak, yang punya domba banyak. "Dan ini diyakini betul oleh Perjanjian Lama", tegas Romo. Bahkan orang yang tidak punya anak - menurut Perjanjian Lama- adalah orang yang tidak terhormat dan tidak dikasihi Allah. Maka dari itu Sara memberikan Hagar supaya Abraham punya anak dan dikasihi Allah. Sebenarnya, bacaan di atas ingin menegaskan bahwa hidup akan menjadi sia-sia jika tujuannya adalah kepunyaan, pekerjaan, dan harta milik tanpa membuatnya menjadi sarana perjumpaan dengan Allah.
"Jadi hidup ini punya tujuan yang indah, jika kita bisa mensyukuri dan memakainya untuk menjumpai Allah. Dan ini sangat nggandeng dengan bacaan Injil (Lukas 12: 13-21, red). Bacaan Injil tadi menggambarkan bahwa kalau kita sudah punya segalanya itu jiwa kita menjadi lebih tenang", dengan lirih namun tegas Romo menambahkan, "belum tentu! Artinya apa? Artinya kadang-kadang orang-orang yang berpunya itu hatinya gelisah. Takut kalau hartanya hilang. Padahal kalau sewaktu-waktu dipanggil oleh Tuhan, yang diuntungkan yang ditinggal, ya to. Ada mobil 3, ada rumah besar, yang untung siapa? Ya yang diwarisi!" Gelak tawa dan senyumpun keluar dari sekitar 65 orang yang hadir di rumah Keluarga Hartono (Ka. Ling) dalam perayaan peringatan St Ingatius Loyola di lingkungan St. Ignatius Wilayah XII. Romo kembali menegaskan bahwa orang yang cerdas itu adalah orang yang bisa menjadikan rahmat yang diperoleh menjadi cara untuk berbelas kasih supaya semakin mengerti apa maunya Allah untuk diri sendiri. Kemudian masih dalam homili romo bercerita tentang sejarah Ignatius Loyola. Dan yang paling penting sebelum Romo menutup homilinya adalah supaya kita menerapkan nilai yang diajarkan kepada pengikutnya yaitu, apapun yang kamu kerjakan dalam hidupmu yang dipersembahkan kepada Gereja lewat tugas-tugasmu hanya satu yang harus kamu perjuangkan bahwa kehebatanmu itu akan menjadi hebat ketika Allah dimuliakan dalam hidup dan dalam hidup kondisi masyarakat. Maka kita yang ada dalam lindungannya, lingkungan yang ditandai oleh namanya, seharusnya mengikuti semangat yang diajarkan. Jadi Lingkungan St. Ignatius harus bisa menjadi perwira-perwira Kristus dalam mewartakan kasih Yesus. Duh, berat juga. Tapi Amin, Mo. Kami warga Ignatius Loyola akan berusaha.
(Niken, Lingkungan Ign. Loyola)
Lihat Juga:
Renungan Harian
Minggu, 3 Maret 2024
Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...
Jadwal Misa Rutin
Sabtu | Pukul 16:30 |
Pukul 19:00 | |
Minggu | Pukul 06:30 |
Pukul 09:00 | |
Pukul 11:30 | |
Pukul 16:30 | |
Pukul 19:00 |