Awal Januari dan Epifani
7 Jan 2012, 17:40
Awal bulan tahun baru diberi nama Januari, diambil dari nama Janus, dewa dua wajah dalam mitos Yunani. Di tengah perayaan Natal serta akhir tahun masih banyak sesama tak mampu merayakannya, kelaparan tidur di trotoar jalan, kolong jembatan atau tempat huni kurang layak, cermin kesenjangan dan betebarnya kemiskinan. Sekalipun mengalami masa-masa sulit di tahun 2011, banyak hal patut disyukuri, misalnya untuk orang-orang terkasih yang masih dimiliki serta mereka yang membuat hidup lebih indah dalam bentuk apapun. Itulah "dua wajah" kehidupan. Kehidupan kita diingat orang terkait kualitas kemanusiaan yang kita tebarkan, bagaimana kita berkomunikasi dengan sesama kita, bagaimana kita berbagi kasih dan dikasihi orang lain.
Bagi sementara orang, tahun baru datang setelah semua kesibukan dan keramaian Natal, menyisakan kelelahan dan kebutuhan istirahat. Keadaan ini menghalangi usaha renungan dan refleksi yang intens. Tetapi Natal sebenarnya menyadarkan bagaimana hidup mesti diisi dan kemana hidup mesti kita arahkan. Natal adalah peristiwa ketika Allah memperlihatkan besarnya kasih-Nya pada manusia. Mana tanggapan kita? Awal Januari adalah Epifani yang artinya manifestasi atau pernyataan. Allah telah memanifestasikan dan menyatakan Kasih-Nya melalui diri Yesus waktu Natal. Setelah Natal adalah Epifani, saat untuk manusia menanggapi dengan mencari Allah dan menemukan-Nya. Yesus tidak berlama-lama di Bethlehem. Menerima peringatan, malam itu juga Keluarga Kudus menghindari "kuasa" jahat Herodes pergi ke Mesir, menanti saat tepat kembali ke Nazareth, mempersiapkan misi-Nya ke Yerusalem. Itulah teladan Guru kita, tak berhenti pada kisah melankolis kandang hewan Bethlehem, kisah romantis padang Efrata, namun sarat dengan perjumpaan yang intens kenyataan hidup yang pahit dan kejam dari manusia dan pahitnya pengkhianatan, menunjukkan indahnya kehidupan mengatasi suramnya kematian.
Yesus menunjukkan bahwa mencari saja tak cukup, sebab manusia tak pernah puas dengan yang ada. Mencari kekayaan tak puas-puasnya, mereguk kenikmatan tanpa batas serta mempertahankan kekuasaan sebesar-besarnya adalah jalan pasti menuju "kematian" serta bukan jaminan kehidupan apalagi Kehidupan Abadi. Berbagi dan berbuat baik pada sesama dalam hidup adalah keniscayaan.
Kehidupan adalah kumpulan ruang dan waktu yang didalamnya kita harus mencelupkan diri berperan serta memberikan arti kedalamnya. Kehangatan senyum bayi Yesus membuat upaya sederhana ini begitu membahagiakan hati, namun ingatkah kita bahwa acapkali kita kurang memberikan pelukan dan ungkapan kasih khususnya pada orang-orang tua dan golongan miskin dan tertindas. Kahlil Gibran mengingatkan bahwa kecantikan bukan terletak pada wajah, namun pada cahaya hati yang ditampilkan melalui wajah kita.
Patut senantiasa disadari "Jadi siapa yang yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang" (2 Korintus 5: 17). Mencari dan menemukan Yesus tak dapat dilakukan di istana Yerusalem, tetapi kandang Bethlehem. Dia harus kita temukan di jalan kasih dan pengorbanan dalam solidaritas mereka yang lemah, miskin, tersisih dan tertindas serta kasih dalam perbedaan pendapat dalam semangat ketaatan diri yang penuh kepada Allah. Hanya inilah tanggapan yang layak terhadap uluran kasih Natal - Epifani kita.
(Ansano Widagdyo - Ratu Damai 4)
Lihat Juga:
Renungan Harian
Minggu, 3 Maret 2024
Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...
Jadwal Misa Rutin
Sabtu | Pukul 16:30 |
Pukul 19:00 | |
Minggu | Pukul 06:30 |
Pukul 09:00 | |
Pukul 11:30 | |
Pukul 16:30 | |
Pukul 19:00 |