Harimau Jadi Domba
6 Oct 2012, 00:15
Ibu Maria pada tahun 1980an adalah polisi pelabuhan. Galaknya bukan main. Jika ada pencuri yang tertangkap tangan, ia tak segan untuk meletakkan jari kaki pencuri di bawah kaki meja. Dia ia sendiri duduk di atasnya untuk interogasi.
Sekarang setelah ia menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru sela-matnya, sifatnya banyak berubah. David C, WL dari PD MMC menyebutnya: "harimau telah jadi domba." Jika ia merasa galau, ia hanya duduk menangis dan berdoa di ruangan Adorasi Abadi MBK.
Beberapa bulan yang lalu, ibunya diberitakan meninggal. Mati suri tapi beberapa kali hidup lagi. Ia dan adiknya, sempat dikucilkan keluarga besarnya di kampung karena ia memilih jadi seorang Katolik dan adiknya jadi Protestan di Manado
Ternyata ibunya ada tumor di kepala dan di operasi. Biayanya ditanggung bersama dengan adiknya.
Dalam perjalanan pulang ke Jakarta, ia dijambret seorang pemuda di stasiun kereta api. Dengan tubuh yang masih "sterek" ia beri perlawanan dengan adu betot tali tas. Akhirnya si penjambret melepaskan pegangannya. Sayang ia terjatuh dekat roda kereta api dengan air kotor tergenang di sekitarnya. Mukanya berlepotan lumpur. Untung kereta api itu tidak berjalan. Pertolongan Tuhan datang tidak terlambat.
Ia sempat pingsan setelah itu. Ia baru siuman setelah dimandikan dan dikenakan daster baru yang ada dalam tasnya. Orang heran, ia menyebut-nyebut nama "Yesus". Di tengah kerumunan orang ramai, ia dihadapkan dengan seorang pemuda yang ia kenal sebagai penjambret tasnya. Mukanya bonyok memar lebam bekas dihajar massa.
Ia teringat dompetnya yang berisikan Rp.2 juta pemberian anaknya. Setelah melihat bahwa isinya tidak ada yang kurang, ia memberikan pemuda itu seratus ribu rupiah. Hatinya luruh. Orang-orang menyesalkan sikapnya yang tidak mau tanda tangan proses pemeriksaan, karena pemuda itu sudah lama jadi inceran petugas keamanan.
Sebulan kemudian ia mendapat berita bahwa ibunya benar-benar telah berpulang. Karena waktu, ia tidak dapat melihat jenasah ibunya. Dia juga banyak acara antara lain untukmemeriksakan matanya yang katarak. Dia punya surat dokter yang memintanya untuk dioperasi. Tapi saat periksa ulang dari tiga dokter, kataraknya sudah tidak ada. Puji Tuhan.
Ia kembali naik kereta ke kampung halaman ibunya. Adiknya mengadu, untung dia tidak hadir waktu pemberangkatan jenasah ibu. Ia takut bahwa dia akan marah-marah.
Saya teringat akan awak WM yang mertua laki-lakinya meninggal, ketika ia ingin ikut mengangkat jasadnya, ipar-iparnya melarang karena beda agama: "takut almarhum terhalang masuk surga."
Perasaan itu juga mungkin yang akan dihadapi ibu Maria. Ketika ia berniat untuk masak-masak kue selama pekan doa arwah, adiknya mengingatkan dia: "Mereka tidak mau makan kue-kue bikinan kamu". Ibu ini ternyata jago masak dan punya kantin di Cengkareng. Itulah perjuangan ibu Maria yang meniti jalan sebagai peziarah menuju Kristus (Tomas Samaria)
Lihat Juga:
Renungan Harian
Minggu, 3 Maret 2024
Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...
Jadwal Misa Rutin
Sabtu | Pukul 16:30 |
Pukul 19:00 | |
Minggu | Pukul 06:30 |
Pukul 09:00 | |
Pukul 11:30 | |
Pukul 16:30 | |
Pukul 19:00 |