Kunjungan Pastoral Bersama Uskup Merauke Di Papua

  3 Jan 2013, 10:55

Awal Desember 2012 lalu, saya dan kedua temanku Lenny Regina dan Rinny mendapat kesempatan berkunjung ke tanah Papua, tepatnya ke wilayah Keuskupan Merauke.

Kunjungan Pastoral Bersama Uskup Merauke Di Papua

Kunjungan pastoral

Bersama Uskup Merauke Mgr.Nikolaus Adisaputra, kelahiran Purwokerto, saya mengunjungi Tanah Merah, Ampera dan Ikissi. Walau pun hanya dikunjungi pastor 5 bulan sekali, namun iman umat sungguh bertumbuh dan kuat. Salah satu alasan kena-pa jarang dikunjungi adalah tempat-tempat itu terlalu jauh dan harga ben-sin yang berlipat, Rp. 20.000 perliterdan menghabiskan 800 liter sekali ja-lan. Perjalanan dari Merauke ke Tanah Merah memakan waktu 10 jam. Tujuan utama kami adalah untuk bersama-sama merayakan Ekaristi dan mem­beri katekese kepada umat untuk meneguhkan iman mereka.

Pengalaman tak terlupakan

Suatu ketika, kami kembali dari perjalanan stasi yang paling jauh. Karena jalan berlubang-lubang dan berbatu-batu tajam, ban pecah. Sambil menunggu Bapa Uskup mencari penambal ban dengan berjalan kaki hampir dua jam. Sekali ada ular hitam menjalar ke dekat kami, untung dia masuk ke hutan lagi.

Mobil-mobil truk yang lewat tidak ada yang berhenti. Menoleh pun tidak. Apakah mereka ini takut dan menyang­ka kami yang berkulit putih-putih ini hantu atau kuntilanak.

Ketika Bapa Uskup sampai ke rumah umat untuk minta tolong, merekahampir tidak percaya yang datang adalah Uskup. Semalam dalam keluarga itu ada yang bermimpi ada malaikat yang bertamu di rumah mereka. Dengan boncengan motor, bapa uskup bawa bantuan.

Baru saja berjalan tidak lama. Ban pecah lagi sampai tiga kali. Karena truk-truk yang lewat tidak mau ber­henti, aku nekad menyetop mereka. Berdiri di tengah jalan dan merentang­kan tangan. Kami yang cewek-cewek duduk di sebelah sopir berhimpit-himpitan bahkan sampai berjongkok kare­na sempit. Bapak Uskup berdiri di bak truk seperti kenek.

Udara waktu itu panas menggigit. Seluruh badan kami lengket. Ketika air minum habis dan kami kehausan, kami hanya bisa menyedok air di rawa-rawa. Waktu malam tiba, kami tidur di rumah umat. Tidak ada kamar. Pembatasnya adalah sekat-sekat yang diberi kain. Kami makan tepung sagu dan maaf, ada ulatnya. Kami terpaksa telan juga.

Sungguh pengalaman tak terlupakan dan di luar bayangan yang pernah terbayangkan. Kejutan demi kejutan tak henti menyapa seperti tengah malam itu, aku terjaga saat mendengar nafas yang berat didekatku. Saat bangun, aku kaget setengah mati. Ada babi yang besar muncul di depanku. Rupanya anjing dan babi bisa berkeli­aran dengan bebas di dalam rumah.

(Lily Tanila Lingkungan Ratu Damai 2-Wil VI)

Lihat Juga:

Seputar MBK (WM) Lainnya...  Kembali

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi