Membangun Semangat Kontemplatif
30 Jun 2011, 19:40
Sabtu 25/6 Romo Heribertus Supriyadi O.Carm memberikan pembekalan kepada komunitas prodiakon Paroki Tomang Gereja Maria Bunda Karmel di ruang DPH. Selama dua bulan ini Romo Heri membahas mengenai Spiritualitas Karmel. Karmel mengingatkan kita akan sekelompok orang peziarah di Gunung Karmel yang terinspirasi oleh semangat kenabian Elia dan semangat kontemplasi Maria. Arti Maria Bunda Karmel tidak lain adalah para karmelit yang meneladani dan belajar mengikuti Yesus seperti Maria. Para Karmelit terus menerus berusaha melihat kehadiran Allah dalam Doa, Persaudaraan dan Pelayanan.
Pagi-pagi benar, pagi-pagi buta, di hari masih gelap, Yesus sudah berangkat berdoa. Dari doa, orang tahu prioritas pelayanan. Yesus bercakap dengan Bapa-Nya untuk menimba kekuatan dari sumbernya yaitu Bapa-Nya. Dari doa ia memiliki tugas yang tegas. Ia harus mewartakan Injil, bukan untuk kebesaran duniawi sekali pun Yesus berpotensi untuk jadi pemimpin politik. Dari hasil doanya, Yesus tergerak oleh belas kasihan. Seyogyanya pelayanan prodiakon ini lahir dari belas kasihan. Yesus melarang orang untuk memberitahukan mukjizat yang dilakukan-Nya, supaya orang lain mendapat pengalaman akan Allah yang menyembuhkan dari pengalamannya sendiri. Bukan dari "katanya" dan "Kata orang lain."
Seperti para karmelit, prodiakon MBK dipanggil untuk mengalami peraudaraan kontemplatif secara bersama-sama. Doa jadi inspirasi yang membangun persaudaraan. Bukan sekadar persaudaraan tapi persaudaraan yang kontemplatif. Arah pelayanan prodiakon didasari oleh kehendak Allah dan membantu orang lain kepada Allah. Prodiakon menemukan Tuhan dan mengubah dirinya dengan merelakan diri, mempersembahkan diri dengan pujian dan bakti dan terus menerus membangun relasi doa. (Mereka yang ingin mendapat copy, mohon email ke juwono.andrianto@gmail.com)
SharingSeorang prodiakon menceritakan pengalaman bagaimana ia melayani pasien yang bau pesing dan kotoran. Ia tak terurus setelah isterinya berpulang. Ia berdoa agar pasien dilepaskan dari musibah. Akhirnya pasen dipanggil ke rumah Bapa surgawi. Ada frater Karmel yang pingsan karena mengantar komuni kepada seorang nenek yang memelihara 40 kucing dan makan di atas ranjangnya. Sehingga kalau datang ia harus tutup hidungnya dengan kapas dan diberi minyak kayu putih.
Lain dengan Zhang Da yang telah ditinggalkan ibunya pada usia 10 tahun, karena tak kuasa melayani ayahnya yang lumpuh dan amat miskin. Selama lima thun Zhang Da mencari nafkah dan uang sekolah sendiri. Ia bekerja sebagai pemecah batu. Ia makan rumput dan sejenis jamur. Ia juga mengobati ayah dan belajar menyuntik secara otodidak. Ia juga menggendong ayahnya ke WC jika ingin buang hajat. Melihat kegigihan Zhang Da, banyak pengusaha dan dermawan ingin membantunya. Ketika mereka itu bertanya: "Apa yang Zhang Da inginkan?" Dengan suara gemetar Zhang Da menjawab: "Agar ibunya pulang dan bersatu lagi dalam keluarga karena ia sudah dapat mengobati ayahnya."
(Tomas Samaria)
Lihat Juga:
Renungan Harian
Minggu, 3 Maret 2024
Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...
Jadwal Misa Rutin
Sabtu | Pukul 16:30 |
Pukul 19:00 | |
Minggu | Pukul 06:30 |
Pukul 09:00 | |
Pukul 11:30 | |
Pukul 16:30 | |
Pukul 19:00 |