Satu, Selalu, Selamanya...
Helena Justicia | 26 Feb 2015, 13:28
Mengapa Anda menikah, atau hendak menikah? Pertanyaan ini sering dilontarkan kepada sepasang laki-laki dan perempuan, baik yang akan menikah, atau yang sudah menikah bahkan setelah bertahun-tahun lamanya.
Jawaban atas pertanyaan itu dapat beragam, meliputi dimensi sosio-budaya, afeksi, hukum dan keagamaan. Perkawinan sendiri secara umum dimaknai sebagai ikatan lahir-batin antara seorang laki-laki dan seorang perempuan sebagai suami-isteri dengan tujuan membentuk keluarga, melahirkan anak serta membangun hidup kekerabatan yang bahagia dan sejahtera (Pedoman Pastoral Keluarga KWI, 7).
Dalam perkawinan, ada relasi antar-pribadi yang bersifat eksklusif, yang diungkapkan dalam kesepakatan perkawinan dan diwujudkan melalui hubungan seksual yang intim (PPK KWI, 7). Secara khusus, Gereja Katolik mengajarkan bahwa perkawinan adalah persekutuan seluruh hidup dan kasih mesra antara suami-isteri, yang diadakan oleh Sang Pencipta dan dikukuhkan dengan hukum-hukum-Nya, dibangun oleh perjanjian perkawinan yang tak dapat ditarik kembali (PPK KWI, 8).
Ajaran Gereja itu menegaskan bahwa perkawinan bukan hanya sekadar suatu ikatan antara laki-laki dan perempuan yang tergantung pada kemauan manusiawi semata-mata, tetapi juga pada kehendak Allah. Persatuan antara laki-laki dan perempuan dalam perkawinan adalah tanda dan sarana cinta kasih Allah yang menyelamatkan. Karena itulah, perlu disadari bahwa perkawinan mengandung suatu tugas perutusan: menghadirkan cinta kasih Allah dalam hidup dengan wujud tindakan yang konkret.
Sebuah perkawinan Katolik disebut sakramen, karena ikatan antara laki-laki dan perempuan adalah gambaran dan pengambilan bagian dalam persatuan kasih abadi antara Kristus dan Gereja-Nya. Cinta kasih suami-isteri dilimpahi aneka anugerah yang mengalir dari sumber cinta kasih Ilahi, dan dibangun oleh Kristus menurut teladan persatuan cinta-Nya dengan Gereja. Yesus-lah yang tinggal bersama suami-isteri dan memberi kekuatan untuk memanggul salibnya; untuk bangun lagi setelah jatuh, untuk saling mengampuni, merendahkan diri seorang kepada yang lain, di dalam takut akan Kristus, dan saling mengasihi dalam cinta yang mesra, subur dan adikodrati (PPK KWI, 9).
Berbahagialah mereka yang dapat menimba cinta dari sumber cinta kasih Ilahi; mengalami cinta yang satu, senantiasa, dan selamanya di dalam hidup perkawinan. Mintalah kepada Allah, maka Dia akan berikan!
Lihat Juga:
Renungan Harian
Minggu, 3 Maret 2024
Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...
Jadwal Misa Rutin
Sabtu | Pukul 16:30 |
Pukul 19:00 | |
Minggu | Pukul 06:30 |
Pukul 09:00 | |
Pukul 11:30 | |
Pukul 16:30 | |
Pukul 19:00 |