Kaya di Hadapan Allah

 Paul Heru Wibowo  |     30 Jul 2016, 15:24

Entah berapa banyak di antara kita yang ingin menjadi kaya. Memiliki rumah yang supermewah, mobil-mobil luks, ratusan ribu hektaer tanah, berkotak-kotak berlian maupun deposito yang berlimpah.Ya, kekayaan telah terlanjur menjadi ukuran kebahagiaan bagi masyarakat pada hari ini. Seolah-olah dengan menjadi kaya, setiap orang dapat lebih memiliki kesempatan yang lebih luas untuk menikmati dunia. Dengan menjadi kaya, setiap orang dapat menentukan apa yang ia sukai dan inginkan.

Kaya di Hadapan Allah

Pada masa lalu, kita masih dapat mempercayai bahwa menjadi kaya merupakan buah dari kerja keras dan keuletan. Namun, pada saat ini, menjadi kaya tampak lebih mudah. Banyak cara pintas yang dilakukan manusia modern untuk menjadi kaya. Sayangnya, cara-cara pintas tersebut justru sangat bertentangan dengan nilai-nilai moral dari kerja keras. Korupsi, manipulasi anggaran, atau sogok-menyogok telah dianggap sebagaicara populer untuk memperoleh kekayaan dengan cepat.

Pada masa Yesus pun, ada begitu banyak orang yang ingin menjadi kaya dengan cara yang tidak terpuji. Padahal pada masa itu, banyak rakyat di wilayah Galilea yang hidup miskin dan menderita karena penjajahan kultural yang dilakukan Roma. Karena itu, di mata Yesus, menjadi kaya dalam masyarakat demikian merupakan sebuah keputusan yang perlu dipertimbangkan kembali.

Mengapa harus dipertimbangkan? Pertama, kekayaan membuat orang lebih bergantung kepada harta yang dimilikinya. Alasan demikian berkaitan dengan bahaya bahwa hati manusia dapat begitu melekat dan bergantung kepada kekayaan, bukan kepada kehendak Allah. "Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada. (Luk. 12:34)"

Kedua, kekayaan membuat orang menutup diri untuk berani berbagi dengan sesama. Alasan ini pun berkaitan erat dengan perintah Yesus agar kekayaan dapat dipergunakan sebagai sarana untuk memperoleh hidup yang kekal dengan mengasihi sesama, terutama mereka yang berkekurangan.

Santo Ignatius dari Loyola yang kita peringati pada minggu ini adalah pribadi yang mampu memutuskan diri untuk menanggalkan kekayaan dan kemashyuran duniawi demi Yesus. Ia bukan hanya terpanggil untuk mengikuti Kristus secara radikal, tetapi juga untuk hidup kaya di hadapan Allah. Maka, tiada hal lain di dunia ini yang ia harapkan selain rahmat dan kasih Allah. Baginya, harta atau talenta yang dimiliki setiap orang harus sungguh dipergunakan demi semakin besarnya kemuliaan Allah. Ad Maiorem Dei Gloriam!

Lihat Juga:

Renungan (WM) Lainnya...  Kembali

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi