Titik Buta

  28 Jul 2011, 18:56

Istilah titik buta berasal dari ilmu biologi yaitu bagian retina mata yang tidak peka terhadap cahaya. Kalau kita mengendarai mobil dan melihat ke belakang melalui spion maka ada obyek yang tidak terlihat bila posi-sinya terletak diluar sudut 37 derajat. Ini disebut titik buta saat berkendaraan mobil. Dalam kehidupan, titik buta terjadi saat seseorang tidak menyadari bahwa tindakan atau pemikirannya keliru. Orang lain tahu, saya tidak tahu. Banyak tindakan bodoh dilakukan oleh orang pintar berasal dari titik buta.

Titik Buta

Murid-murid mengusulkan kepada Yesus untuk menyuruh pergi orang banyak yang berduyun-duyun mengikuti karena hari menjelang malam. Mereka tidak mampu memberi makan 5000 orang. Usul yang logis! Mereka melepaskan tanggung jawabnya sebagai pemimpin umat. Toh, orang banyak itu mengikuti Yesus tanpa diundang. Orang banyak itu mestinya bersyukur Yesus mau menyembuhkan orang sakit. Para murid Yesus mengalami titik buta karena hanya memandang dari sisi manusiawi. Mereka mengandalkan kemampuannya sendiri tanpa melibatkan Yesus. Rasa empati sebagai pemimpin masih tumpul. Matinya belas kasihan melihat orang banyak lelah dan kelaparan.

Yesus sebagai Pemimpin dengan tegas memberi jawaban, "Tidak perlu mereka pergi, kamu yang harus memberi makan." Suatu perintah diluar nalar para murid yang sedang kebingungan karena hanya ada lima roti dan dua ekor ikan. Suara hati nuraniku langsung ikut nimbrung dengan nada mengejek, "Lha, apakah perintah Yesus itu berlaku untuk Gereja modern? He..he.. khususnya kamu." Akupun terhenyak mendengar sentilan hati nuraniku, sebab selama ini aku lebih senang jadi "eMBeK" (kambing). Santai saja, menunggu "makanan" dari pemimpin. Kalau "makanan" nggak enak tinggal protes meskipun Pemimpin Paroki mengajak umat, kalau ada yang masih belum beres mari bersama-sama ikut ambil bagian. Tetapi aku merasa hanya "eMBeK" jadi biar orang lain saja menyambut seruan Pemimpin Paroki. Apakah ini titik buta bahwa aku adalah "eMBeK"?

Ketika masih dibalik tembok biara, Ibu Teresa sering mendengar pangilan Yesus agar beliau memberi makan kepada orang miskin diantara orang-orang paling miskin. Dengan perjuangan bertahun-tahun akhirnya beliau diperkenankan melayani orang miskin di luar tembok biara tanpa bekal uang maupun keterampilan. Beliau hanya berbekal iman, bahwa Yesus akan melakukan mukjizat untuk menolong dirinya. Yesus melakukan mukjizat ketika murid memberikan lima roti dan dua ekor ikan. Ada tindakan awal dari manusia. Roti dipecah-pecah oleh Yesus dan dibagikan melalui murid-murid. Ibu Teresa bisa dianalogikan seperti lima roti dan dua ekor ikan yang dilipat gandakan oleh Yesus. Hasilnya berupa kasih, pangan, rumah singgah maupun rumah sakit kemudian dibagikan melalui para suster dan kerabat ibu Teresa. Tuhan tetap membutuhkan manusia untuk membagi-bagikan rahmat-Nya kepada sesama.

Maukah aku sebagai pemimpin yang menjadi saluran berkat Tuhan?

(JA Gianto / Sie Katekese)

Lihat Juga:

Renungan (WM) Lainnya...  Kembali

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi