Zakheus dan Kita
Paul Heru Wibowo | 30 Oct 2016, 11:44
Sebagai pemungut cukai, Zakheus cukup dibenci masyarakat Yerikho. Ia dipandang sebagai orang yang berdosa. Namun, pada hari itu, ia begitu menggebu-gebu untuk melihat sosok Yesus yang sedang melintasi kota tersebut. Tubuhnya yang pendek tidak menghalangi niatnya. Maka dengan cara kreatif ia memanjat pohon ara. Dari atas pohon itu ia dapat melihat sosok yang telah menjadi buah bibir masyarakat pada masa itu. Dengan cara ini, kehadirannya pun tak diketahui orang banyak yang menyambut Yesus. Tanpa diduga, Yesus melihat dan meminta Zakheus untuk turun. Hal yang lebih mengejutkan lagi adalah bahwa Yesus ingin menumpang di rumahnya.
Dengan sangat menarik, Lukas mengisahkan betapa bersemangatnya Zakheus untuk menjumpai Yesus. Apa yang sebenarnya sedang Zakheus cari? Apakah ia hanya didorong oleh rasa ingin tahu? Sebagai orang yang dianggap berdosa, Zakheus sebenarnya tidak dapat melakukan hal itu. Di mata masyarakat Zakheus dianggap tidak layak untuk menjumpai sosok rabi yang suci. Maka, apa yang dilakukan Zakheus untuk melihat Yesus tampak menjadi hal yang kontradiktif bagi mereka. Bagaimana mungkin seorang pendosa dapat mendekati Tuhan?
Dalam kisah tersebut, jika diamati, justru Yesus-lah yang menjumpai Zakheus. Yesus menyapa dan bertemu dengan Zakheus lebih dekat. Hal demikian tentu saja membuat Zakheus bersuka cita. Yesus tidak hanya menyuruhnya turun, tetapi juga memintanya untuk menjadi tuan rumah bagi-Nya. Sebagai wujud syukur, Zakheus pun berkomitmen untuk memperbaiki hidupnya dengan memperhatikan mereka yang miskin. Namun tatkala ia mengalami metanoia, masyarakat justru bereaksi keras. Mencibir dan menghujatnya.
Kita kerap muncul sebagai masyarakat yang berada di sekitar Zakheus. Mudah memberikan label buruk kepada mereka yang kita benci. Mudah berkasak-kusuk tentang kelemahan orang lain. Memberikan penghakiman secara sepihak kepada sesama. Kita secara diam-diam tidak suka jika seseorang menjadi lebih baik. Itu semua terjadi karena kita kerap merasa superior ketimbang orang lain, entah merasa lebih berkuasa, lebih kaya, lebih pandai, atau lebih suci. Kita lupa bahwa Tuhan tidak membutuhkan segala superioritas yang kita miliki. Tuhan menginginkan agar kita berlaku seperti Zakheus, seorang pendosa yang berusaha keras dan kreatif untuk melihat Tuhan. Di mana ada kerendahan hati, di situlah Tuhan akan menjumpai.
Lihat Juga:
Renungan Harian
Minggu, 3 Maret 2024
Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...
Jadwal Misa Rutin
Sabtu | Pukul 16:30 |
Pukul 19:00 | |
Minggu | Pukul 06:30 |
Pukul 09:00 | |
Pukul 11:30 | |
Pukul 16:30 | |
Pukul 19:00 |