Memberi, Mendamaikan, Menyembuhkan

  26 Mar 2011, 14:04

Bacaan Injil Minggu ini berkisah tentang Yesus bertemu wanita Samaria di sumur Yakub di kota kaum Samaria, Sikhar dan terjadi dialog yang intinya "meneguk air kehidupan" bagi wanita Samaria itu. Penulis menjadi ingat masa kecil di kota Solo tahun 1950an, usia SD (sebelum kelas V), di mana ibu yang berasal dari kampung Kalangan, Solo Timur tepian Bengawan Solo. Kami sekeluarga tinggal di Solo Barat yang waktu itu tumbuh sebagai tempat hunian baru. Penulis selalu mendambakan dolan, bermain di kampung karena ingin bertemu dengan Pak Sapoan, tukang dongeng anak-anak. Kebetulan ndongengnya menjelang malam di dekat sumur kampung, satu-satunya sumur "milik' bersama.

Memberi, Mendamaikan, Menyembuhkan

Di sana bukan dongeng tentang Yesus, tetapi bermacam dongeng yang mempunyai roh perjuangan, kebaikan melawan keburukan, etika dan etiket yang diambil dari cerita-cerita rakyat. Dongeng yang sangat terkesan di hati penulis adalah kisah Ignatius Slamet Ryadi, pahlawan kemerdekaan dan kini menjadi kebanggaan warga Solo. Pak Sapoan bukan orang Kristen, profesinya tukang penatu (cuci dan seterika pakaian). Ia berkisah bahwa Slamet Ryadi selalu berkalung Rosario kemana-mana. Sapoan juga tak tahu arti Rosario, yang dikatakan sebagai "jimat" nya Slamet Ryadi. Ketika itu penulis juga belum menjadi Katolik, dan arti Rosario baru diketahui setelah penulis di SMP dan memeluk Katolik. Setiap pulang ke Solo, memandang patung Slamet Ryadi yang terpampang gagah di tengah kota, ingatan penulis pasti ke Sapoan.

Dongeng, kisah naratif, kata Romo Heribertus Supriyadi O. Carm, adalah jalan efektif Katolik masuk Asia termasuk Indonesia. Dan ketika Sapoan mendongeng kepada anak-anak kampungnya, ternyata ia memberi, ya, persis seperti tema APP Paskah 2011. Dengan memberi ada kedamaian, karena saya ingat Sapoan selalu uro-uro bersenandung lagu-lagu Jawa ketika mencuci dan menyeterika pakaian di work shop-nya. Mana ada orang bersenandung, hatinya susah? Orang susah pasti sering misuh-misuh. Dongengannya membekas bukan saja kepada penulis, tetapi juga kepada teman-teman semasa kecil yang kini masih hidup. Malah kami sepakat, di sanalah budi pekerti, semangat kebangsaan, pluralisme, antara baik dan buruk membekas.

Nah, ketika semakin bertambah pengetahuan dan pergaulan betapa kita jadi sadar bahwa memberi itu membangkitkan sifat baik dalam diri. Ketika kita tersakiti, kita sedang belajar kesabaran. Ketika kita bersedih ternyata membangkitkan energi kasih sayang. Kasih sayang itu menyembuhkan, kata Fransesco Varela dalam bukunya The Biology of compassion. Contoh nyata, ketika penulis dikelilingi oleh cucu-cucu yang lucu-lucu, bangkit kasih sayang, sepertinya semua penyakit hilang. Hanya capek ha, ha, ha..! Tapi bahagia..ha, ha, ha.... Kata orang kasih sayang dan bahagia ini bisa mencegah serangan jantung.

Selagi kita bisa, mari kita memberi! Dengan memberi batin tercerahkan. Memberi itu mendamaikan dan sekaligus menyembuhkan.

(Ign. Sunito)

Lihat Juga:

Renungan (WM) Lainnya...  Kembali

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi