Siapa Bilang Mengikuti Yesus Itu Enak?

 Sigit Kurniawan  |     26 Jun 2016, 05:54

Minggu ini, komitmen kita sebagai murid-murid Yesus diuji kembali. Mari kita bayangkan jika tokoh dalam Injil Lukas pekan ini adalah kita sendiri. Suatu saat, kita bertanya pada Yesus dan menyatakan kehendak kita untuk mengikut Dia. Tapi, kita meminta izin dulu untuk menguburkan bapak yang meninggal atau meminta izin dulu pergi ke rumah untuk berpamitan dengan keluarga. Baru kemudian kembali ke Yesus dan mengikuti-Nya.

Tapi, ternyata jawaban Yesus tidak seenak yang kita bayangkan. "Biarlah orang mati menguburkan orang mati. Tapi, engkau, pergilah dan beritakanlah Kerajaan Allah." Yesus juga menjawab keras dengan perumpamaan, ""Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah."

Siapa Bilang Mengikuti Yesus Itu Enak?

Mendengar itu, mungkin kita akan kecewa. Bahkan, kita mundur teratur dan menjauh dari Yesus. Tapi, ya ini tuntutan yang disampaikan Yesus kepada semua orang yang ingin mengikuti Dia. Kesannya memang tak manusiawi. Namun, poin utama dari pernyataan Yesus adalah totalitas kemuridan.

Yesus menginginkan kita mampu melakukan "real break" (melepaskan) dengan kelekatan-kelekatan tidak teratur saat memilih mengikuti Yesus. Kadang, kita mengikuti Yesus kita, tapi kita sering mengajukan banyak prasyarat..

Kita sering masih terikat dengan kelekatan dengan relasi (keluarga, teman, dsb), dengan masa lalu, dengan materi (uang, status, jabatan, image, dsb), dan sebagainya yang membuat kita tidak total dan lincah dalam mengikuti Yesus. Tak jarang, justru kita menomorduakan atau malah menomorakhirkan Yesus dibanding dengan kelekatan-kelekatan itu. Dan, kita lebih senang menunda-nunda untuk mengikuti-Nya.

Mengikuti Yesus berarti siap mengalami jalan terjal yang Dia lalui - termasuk Jalan Salib. Kita harus berani keluar dari zona nyaman hidup kita. Kita dipanggil menegakkan nilai-nilai Kerajaan Allah, seperti keadilan, solidaritas dengan yang tertindas, persaudaraan, kejujuran, dan sebagainya meski kita harus mengalami aneka ketaknyamanan dan penderitaan karena pilihan itu.

Sayangnya, kita lebih senang memiliki iman yang kompromistis. Akibatnya, kita setengah-setengah dalam mengikuti Yesus. Padahal, budaya setengah-setengah inilah yang ditolak Yesus. Yesus menginginkan totalitas kemuridan yang hidup dalam setiap tindakan nyata. Mengikuti Yesus berarti kita siap untuk sakit, ditolak, menderita, dan bahkan mati. Tapi, hanya jalan inilah yang mengantar kita ke keselamatan sejati.

Lihat Juga:

Renungan (WM) Lainnya...  Kembali

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi