Kisah Tentang Seorang Buta dan Hidup Kita
Helena D Justicia | 26 Oct 2015, 11:10
Di Kitab Suci, ada sebuah kisah yang indah tentang seorang buta. Pada awal cerita, si buta yang bernama Bartimeus itu dikisahkan hanya duduk di pinggir jalan. Ia kemudian mendengar Yesus lewat, lalu berserulah ia kepada Yesus. Banyak orang menyuruhnya diam, tapi ia makin nyaring berseru. Yesus pun berhenti dan memanggilnya. Bartimeus menanggalkan jubahnya, berdiri lalu pergi mendapati Yesus. Ia menyampaikan keinginannya untuk sembuh, dan pada akhir cerita, Bartimeus pun disembuhkan.
Kisah tentang Bartimeus, bisa jadi merupakan kisah hidup kita juga. Sebagaimana dia, barangkali kita pernah mengalami tersisih di pinggir jalan. Kita luput dari perhatian banyak orang, tak berada di tengah keramaian, tak menjadi bagian dari orang-orang yang bersukacita menyambut Yesus. Apakah kita mendapat pelayanan Gereja, ataukah justru terlupakan? Apakah kita menjadi aktivis paroki, atau justru hanya sering menonton saja dari tepi?
Kendati kita tersisih, tersingkir dan menyendiri, toh Yesus tetap lewat di jalanan hidup kita. Apakah kita mendengar Dia melintas? Kalaupun kita mendengar-Nya, adakah keberanian dalam diri ini untuk menyerukan nama-Nya? Beranikah kita menyapa dan menjalin relasi dengan-Nya?
Apakah tantangan yang kita alami saat menyeru-nyerukan nama Yesus itu, ketika terus berusaha menarik perhatian-Nya? Adakah yang menghalangi doa-doa kita kepada-Nya? Apakah kita tetap setia dalam doa, ataukah mudah putus asa dan menyerah? Bartimeus tak putus asa dan menyerah kendati situasi menekannya untuk diam. Ia justru semakin nyaring berseru-seru. Dan Yesus pun menoleh ke arahnya.
Apakah kita pun merasakan, mengalami, bahwa Yesus memandang ke arah kita? Apakah Dia mendengarkan seruan kita? Yesus tak hanya menatap, namun juga memanggil kita untuk mendekat. Apakah kita tergerak oleh panggilan itu?
Bartimeus melepaskan jubah, berdiri dan menghampiri Yesus. Apakah kita pun mampu melepaskan belenggu kekangan egoisme diri, agar dapat bangkit berdiri dengan bebas, lantas datang menghampiri Yesus? Apakah yang membuat kita tak mau membuka diri, agar dapat menyongsong kehadiran-Nya dengan sepenuh jiwa?
Bartimeus menyampaikan keinginannya kepada Yesus. Apakah kita pun telah merusaha untuk menyatukan keinginan diri dengan kehendak Allah? Apakah kita masih berkeras dengan harapan sendiri, sekaligus abai pada kasih dan rencana Allah yang indah?
Pada akhir kisah, Bartimeus disembuhkan. Kepada diri sendiri, kita pun dapat bertanya: apakah kita juga sudah disembuhkan?
Lihat Juga:
Renungan Harian
Minggu, 3 Maret 2024
Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...
Jadwal Misa Rutin
Sabtu | Pukul 16:30 |
Pukul 19:00 | |
Minggu | Pukul 06:30 |
Pukul 09:00 | |
Pukul 11:30 | |
Pukul 16:30 | |
Pukul 19:00 |