Jalan Ke Surga Tidak Hanya Satu Jalan

  23 Sep 2011, 02:11

Di suatu ruang tunggu di Samsat Ditlantas Polda Metro Jaya mendadak berlangsung cair, penuh gelak tawa dan omongan clebang-clebung konyol. Dari yang semula kaku,cemas, tertekan menunggu hasil pemeriksaan test kesehatan dan ketrampilan perpanjangan SIM BI/BII, termasuk saya yang tiba-tiba dipanggil dan digandeng polisi ke depan.

Kaget, kikuk karena semua mata memandangku. Tiba-tiba polisi itu berkata," bapak-bapak, lihat! Ini bapak umurnya sudah 66 tahun. Kok, masih seger dan fit? Resepe opo to pak?"

"Resepe gampang wae! Wis tuwo kuwi ayo podo golek dalan padang. Ojo golek dalan bayi!" Kontan ha,ha,ha..... (Saya sudah tua. Mari kita mencari jalan terang. Jangan mencari jalan keluarnya bayi). Yang bukan orang jawa tertawa belakangan, karena terjemahan saya, bahkan lebih terbahak-bahak.

Pikiran saya membuat suasana riang gembira di mana saja, itu kan, juga sebagian dari iman? Saya bukan Santo. Saya hanya "lulusan" WM, maka maaf jika kelakuan saya membawa firman bisa membuat resah? Tapi salah satu orang di ruang Samsat itu membuat saya besar hati." Bapak orang Kristen, ya?" Ya! tepatnya Katolik, mengapa?" Berteman dengan orang Kristen itu selalu menyenangkan!", kata bapak itu.

Saya jadi terkenang terhadap kotbah Romo Sindhunata SJ ketika pesta 25 tahun Imamatnya yang membuat semua hadirin termenung. Ia menyontohkan dirinya sebagai imam yang terus menerus menyebut nama Yesus. Ketika ia bertemu dengan seorang wanita PSK, yang harus menghidupi 3 orang anaknya, di mana ia harus dan dipaksa keadaan untuk menemukan "jalan keselamatan" anak-anaknya demi kelangsungan hidup mereka. Setiap hari perempuan itu mohon ampun kepada Tuhan. Namun situasi tak berempati pada nasibnya. Maka kata Romo Sindhu, "sudah jaminankah bahwa seorang imam akan masuk surga dibanding dengan wanita PSK itu?"

Juga kenangan terhadap kata-kata Chandra Wijaya, pemenang medali emas bulutangkis Olimpiade Sydney 2000 di nomor ganda bersama Tony Gunawan." Inilah cara saya berbakti kepada Bapa, dengan mempersembahkan emas Olimpiade kepada Negara dan bangsa, mas!"

Atau Butet Kertarajasa dan adiknya Jaduk Feriyanto dengan orkes "Sinten Remen" yang menghibur, dengan sentilan-sentilan tajam yang diwujudkan dalam kritik humor. Bahkan Kardinal pun tersenyum lebar, ketika di aula Atmajaya Butet menunjuk gambar Yesus," sekarang dia main di mana? Bayarannya berapa?" Butet bertanya begitu karena wajah Yesus di gambar itu mirip pemain sepakbola Gabriel Batistuta "Si Gol Batigol" pemain bola tenar Argentina periode 1990-2000an.

Jadi "jalan ke surga" itu tidak hanya dari satu jalan saja atau melalui altar saja.

Semua yang tertulis di atas itu hanya salah satu contoh saja. Setiap orang diberi talenta dalam mewartakan firman dan melaksanakannya dengan cara masing-masing.

Beragama jauh dari rasa humor, dan rasa kepekaan, kepedulian akan realitas, dan hanya mengenal satu pakem saja akan membuat steril. Komunikasi sudah demikian terbuka.

Lalu, mewartakan Yesus jangan hanya dalam satu bentuk saja, terutama secara tekstual. Harus dalam bentuk simulasi menurut situasi dan kondisi, siapa takut?

(Ign.Sunito)

Lihat Juga:

Renungan (WM) Lainnya...  Kembali

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi