Perumpamaan Tentang Orang Farisi Dengan Pemungut Cukai

  28 Oct 2010, 22:50

Sikap Yesus betul-betul jelas, kemunafikan merupakan musuh utama yang harus dilawan. Munafik dalam pengertian melakukan sesuatu dengan tidak tulus, berpura-pura, serta hanya mencari sensasi. Perbuatannya baik, namun motivasinya jelek. Tindakannya benar namun tujuannya keliru. Inilah gambaran sikap yang dimiliki sebagian besar orang farisi. Mereka menjalankan kegiatan agamanya hanya untuk memuaskan hasratnya sendiri yakni pengakuan, pujian, serta kebanggaaan. Dengan demikian tataran keagamaannya sangat bersifat manusiawi. Terjadi keterpecahan antara tindakan dengan keimanan. Inilah yang sering disebut formalitas.

Perumpamaan Tentang Orang Farisi Dengan Pemungut Cukai

Tuhan tidak menyukai formalitas belaka. Tuhan menghendaki ketulusan, kejujuran, apa adanya. Tuhan mengharapkan setiap insan memiliki kesadaran bahwa Tuhan tahu segala sesuatu. Kesadaran ini diharapkan mampu membangun sikap jujur. Segala yang dilakukannya bermuara dari motivasi tulus. Segala tindakannya bermaksud untuk memuliakan Tuhan semata, bukan untuk kepentingan diri sendiri. Tuhan tidak suka dibohongi. Tuhan tidak berkenan dengan tindakan yang seakan-akan baik, namun sebenarnya jahat. Memang realitas hubungan antar manusia seringkali terjadi ketidakjujuran. Karena takut melukai hati, maka senyum simpul hanya sebagai hiasan bibir semata. Kata pujian bisa saja hanya sebagai sandiwara untuk menyenangkan hati, karena berbeda dengan realitas yang dialami. Sikap ini tidak bisa diterapkan dalam hubungan dengan Tuhan.

Doa tidak boleh manipulatif. Kata indah yang terucap bukan ukuran keberhasilan doa. Doa bukan ajang untuk unjuk diri agar mendapatkan pengakuan. Demikian juga doa bukan sarana untuk menghitung jasa. Karena di dalam doa tidak ada penilaian. Di dalam doa tidak ada perbandingan. " Ya Tuhan aku lebih tekun dan khusuk, lebih rajin, dan sebagainya". Doa merupakan sikap hidup beriman. Doa merupakan esensi diri beriman yakni kita membutuhkan Tuhan. Di sisi lain kita menyadari sebagai makhluk yang lemah. Belas kasih Tuhan merupakan anugerah. Maka sikap berdoa yang semestinya adalah memasrahkan diri kepada Sang Pencipta. Memohon kekuatan di saat lemah. Mengucap syukur dalam segala sesuatu. Inilah gambaran sikap Pemungut Cukai. Sadar diri sebagai orang lemah, berdosa maka ada rasa rendah diri sekaligus rendah hati. " Tuhan aku tidak pantas, namun aku membutuhkan-MU".

Marilah kita pertegas sikap beriman kita dengan tidak menilai orang lain pun juga menilai diri sendiri. Yang harus kita buat hanyalah berbuat kebaikan karena kita selalu belum cukup pantas jika Tuhan memanggil kita kelak. Dengan sikap ini diharapkan juga Para Pewarta Sabda selalu sadar bahwa nilai iman terwujud dalam sikap rendah hati yang tulus. " Bukan orang yang berseru-seru Tuhan, Tuhan, yang diselamatkan tetapi mereka yang melakukan kehendak Bapa." Inilah Spirit Evangelisasi, kerendahan hati dihadirat Allah.

(a.rianto)

Lihat Juga:

Renungan (WM) Lainnya...  Kembali

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi