Tempayan yang Berlubang dan Kerinduan Itu
Helena D. Justicia | 22 Mar 2014, 04:33
Sehabis beraktivitas fisik, biasanya kita akan kehausan. Dalam keadaan haus itu, kita dapat minum air berteguk-teguk banyaknya. Bisa jadi, kita memilih-milih juga air yang enak untuk diminum; barangkali yang dingin dan manis, atau dengan rasa buah yang segar.
Bagaimana halnya jika yang kita alami adalah kehausan rohani? Apa yang akan kita minum? Barangkali ada yang memperdalam hidup doa dengan mengikuti komunitas doa. Ada juga yang memilih
mendalami sabda Allah melalui Kitab Suci. Yang lain, mungkin lebih cocok mengikuti retret atau meditasi. Ada juga yang senang melakukan aktivitas sosial, seperti menjenguk orang sakit
atau membantu meningkatkan taraf hidup orang miskin.
Kesemuanya itu baik untuk dilakukan. Yang menjadi masalah adalah jika setelah apapun yang dilakukan itu, kehausan rohani tak juga terpuaskan. Orang pun jadi gelisah. Waktu banyak dihabiskan untuk mengikuti ini-itu kegiatan Gereja, namun tampak bahwa damai tak juga dirasakan. Malahan, kehadirannya justru kerap menimbulkan pertengkaran atau masalah. Pertanyaan yang kemudian
muncul adalah: apakah yang sebenarnya dicari?
Diri kita ini dapat diibaratkan sebuah tempayan. Dibentuk dengan penuh cinta oleh sang perupa dari tanah liat, namun rapuh dan mudah retak. Benturan keras dapat membuatnya berlubang. Betapapun banyaknya air dituang ke dalam tempayan itu, lubang di bagian dasar selalu membuat air tak pernah penuh. Dalam masa Prapaskah ini, kita diajak untuk makin jauh mengenali diri kita sendiri. Adakah bagian-bagian yang retak, atau bahkan berlubang? Apakah kita sungguh menyadari, dan mau mengakui retak-retak dan lubang itu? Apakah yang kemudian kita lakukan? Apakah yang kita minta dari
Allah?
Saat bertemu perempuan dari Samaria di sumur, Yesus dapat melihat retakan dan lubang dalam diri perempuan itu. Yesus hadir untuk membantu merekatkannya kembali. Kita pun dapat menjumpai Dia, mengakui seluruh keberadaan diri kita, lalu meminta rahmat-Nya untuk merekatkan kembali retakan dan lubang yang ada. Sesungguhnya, kerinduan akan Allah telah ditanamkan dalam-dalam di hati manusia, sehingga kita senantiasa mencari dan berusaha untuk menemukan-Nya (bdk. Katekismus Gereja Katolik, 27).
Lihat Juga:
Renungan Harian
Minggu, 3 Maret 2024
Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...
Jadwal Misa Rutin
Sabtu | Pukul 16:30 |
Pukul 19:00 | |
Minggu | Pukul 06:30 |
Pukul 09:00 | |
Pukul 11:30 | |
Pukul 16:30 | |
Pukul 19:00 |