Sorga Bukan Sekedar Warisan, Harus Diperjuangkan

  9 Sep 2010, 18:26

Ahli waris adalah orang yang mempunyai hak atas harta benda yang dimiliki berdasarkan keturunan. Dengan sendirinya hak itu diberikan, meski tanpa usaha sekali pun. Saya seringkali menganggap bahwa sorga itu seperti warisan. Pasti diberikan kepada saya. Apa pun keadaan saya sorga pasti menjadi milik saya. Pemikiran itu karena saya yakin sekali akan kebaikan Tuhan dan saya adalah ahli waris sorga. Akibatnya, saya seringkali sembrono dalam hidup rohani saya. Saya tidak lagi takut akan dosa. Lebih parah lagi, saya melakukan segala sesuatu sesuka hati saya. Saya kurang bersemangat dalam kebajikan. Itulah perjalanan hidup rohani saya.

Sorga Bukan Sekedar Warisan, Harus Diperjuangkan

Kadang saya juga bertanya dalam hati, bagaimanakah keyakinan saudara-saudariku seiman dalam hal ini. Apakah sama seperti saya? Atau mereka memiliki tingkat keimanan yang tinggi sehingga senantiasa memiliki kesadaran tinggi untuk selalu berjuang keras memuliakan Tuhan? Semoga demikian. Yang pasti bagaimanakah perasaan mereka yang ketika ekaristi berlangsung asyik bermain dengan HP-nya atau malah tertidur ketika kotbah disampaikan? Demikian juga terhadap mereka yang dengan mudahnya mengolok, mencemooh sesamanya hanya karena hal-hal yang sepele? Atau mereka yang tetap membiarkan kebencian terhadap rekan selingkungan padahal tetap aktif dalam kegaiatan rohani? Bagaimanakah perasaan mereka ketika doa hanya sekedar formalitas? Masihkah tetap ada keyakinan bahwa sorga tetap menjadi miliknya karena kebaikan Tuhan Yesus semata?

Sabda hari ini menyadarkan saya bahwa masuk sorga tidaklah serta merta, otomatis. Mau masuk sorga berarti harus berjuang keras, berusaha dengan tanpa kenal lelah, bertindak kebaikan tanpa kenal lelah. Terus melakukan kebajikan kendati diremehkan. Berdoa siang malam dengan rendah hati kendati yang diharapkan belum terlaksana. Tetap menolong sesama meskipun tidak di-hargai. Tidak membenci walau hati disakiti. Intinya selalu melakukan kebajikan terus menerus. Itu berarti berani berkorban dalam segala hal. Demikian juga dengan senantiasa memohon ampun atas segala kesalahan yang senantiasa diperbuat diiringi sikap tobat dengan zberasaha memperbaiki diri. Luar biasa sulitnya, apalagi dikatakan bahwa "banyak orang berusaha untuk masuk tetapi tidak mendapatkan."

Menyadari ini marilah kita senantiasa membangun kesadaran. Apa pun yang kita kerjakan hendaknya harus berdasarkan ketulusan, kejujuran, kesediaan untuk memuliakan Tuhan. Itu berarti mengurangi keegoisan, mengendalikan emosi, serta melakukan segala sesuatu dengan segenap hati. Tuhan memberkati. Amin.

(A. Rianto)

Lihat Juga:

Renungan (WM) Lainnya...  Kembali

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi