Memilih Dan Memberi Yang Terbaik
18 Jul 2013, 11:04
Perikop injil Lukas 10: 38-42 yang dibacakan akhir pekan 20-21 Juli 2013 ini membawa kesan tersendiri bagi diriku. Karena aku pernah berdiskusi - atau tepatnya berdebat - dengan mendiang ibuku tentang kisah yang diceritakan didalamnya. Tidak panjang; berikut aku kutibkan semuanya: Ketika Yesus dan murid-murid-Nya dalam perjalanan, tibalah Ia di sebuah kampung. Seorang perempuan yang bernama Marta menerima Dia di rumahnya. Perempuan itu mempunyai seorang saudara yang bernama Maria. Maria ini duduk dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkan perkataan-Nya, sedang Marta sibuk sekali melayani. Ia mendekati Yesus dan berkata: "Tuhan, tidakkah Engkau peduli, bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu aku."
Tetapi Tuhan menjawabnya: "Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya."
Ibu - sama dengan ibu-ibu atau isteri-isteri yang lain - berkeras bahwa perlu untuk mempersiapkan makan, suguhan minum dan melayani tamu dengan sebaik-baiknya, agar tamu merasa nyaman dan betah.
Ini semata-mata demi menghomati tamu itu.
Tentu Ibu saya benar, tetapi saya rasa perlu juga memberi untuk bertemu, bertatap muka dengan si tamu. Jangan sampai tetamu kita jadi seperti orang jajan di warung kita. Sehingga beliau tidak sempat berkomunikasi de-ngan kita yang tentu saja menjadi maksud pokok kunjungannya. Yesus menjawab keluhan Marta dengan engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya.
Kita jangan sampai meninggalkan yang paling penting, paling utama demi hal-hal tambahan. Dalam pengajarannya di hari ketiga Triduum romo Heri menekankan agar dalam berkarya kita jangan sampai overdosis, atau sebaliknya underdosis, harus seimbang. Misalnya tiap saat melayani digereja, sampai urusan keluargaterbengkalai. Atau dalam liturgi berlebihan menekankan upacara, warna, hiasan, gerak-gerak seremonial, tetapi kurang doa, kurang penghayatan, karena perhatian terpusat pada seremonialnya saja.
Kemampuan yang kelihatannya gampang tetapi ternyata sulit untuk diterapkan adalah mendengarkan. Banyak orang sekarang merasa ke-sepian, karena merasa tidak ada lagi yang mendengarkan dia. Demikian pula dengan anak-anak. Tidak dipungkiri banyak anak kita terpaksa dalam kesehariannya lebih banyak ditemani pengasuhnya daripada orang tuanya sendiri. Berikan perhatian pada mereka dengan lebih mendengarkannya, memahaminya katimbang menyuapinya dengan kebutuhan fisik semata.
(Robby P.)
Lihat Juga:
Renungan Harian
Minggu, 3 Maret 2024
Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...
Jadwal Misa Rutin
Sabtu | Pukul 16:30 |
Pukul 19:00 | |
Minggu | Pukul 06:30 |
Pukul 09:00 | |
Pukul 11:30 | |
Pukul 16:30 | |
Pukul 19:00 |