Hidup yang Kekal: Mata Air Kehidupan Orang Katolik

 Gregorius Maria JW, O.Carm  |     19 Apr 2013, 11:33

Umat Allah yang terkasih, selamat memasuki hari Minggu Paskah IV. Semoga kabar sukacita Tuhan Yesus selalu berdenyut di dalam jiwa dan roh Anda. Perjalanan hidup rohani kita di bumi ini kadang bisa seperti yang dialami Paulus dan Barnabas dalam Kis. 13: 43-52. Mereka menghadapi dua jenis karakter orang yang berbeda. Yang pertama ialah orang Yahudi. Mereka ada yang iri hati bahkan menghujat Paulus karena melihat orang kota Antiokhia berbondong-bondong mendengarkan firman Allah yang diwartakan oleh Paulus dan Barnabas. Yang kedua adalah orang kota Antiokhia yang tidak mengenal Allah. Mereka justru bergembira dan memuliakan firman Tuhan. Mereka akhirnya percaya akan hidup kekal dan menjadi murid Tuhan Yesus. Mereka penuh dengan sukacita dan Roh Kudus (ay.52). Jalan manakah yang kita pilih untuk mengisi hidup rohani kita? Mendengarkan firman Allah dan hidup dalam kasih karunia Allah atau meno­lak kasih Allah dengan iri hati, hujat, perbantahan, menghasut dan meng-aniaya orang lain?

Perjalanan hidup rohani kita juga bisa seperti yang digambarkan dalam Kitab Wahyu 7: 14-17. Persatuan dengan Bapa adalah mahkota hidup setiap orang Katolik baik ketika masih di bumi pun ketika di alam kehidupan abadi. Apakah Anda pernah bertanya apakah isi hidup kekal? Rasul Yohanes menjawabnya bagi kita. Ia menyebut mereka yang bersatu dengan Bapa di alam kehidupan abadi adalah "orang-orang yang keluar dari kesusahan besar" (ay.14). Mereka telah mem­buat jubah mereka putih di dalam darah Anak Domba. Mereka berdiri di hadapan takhta Allah dan siang malam melayani Allah. Mereka tidak akan menderita lapar dan dahaga lagi. Matahari atau panas terik tidak akan menimpa mereka lagi. Yesus sebagai Anak Domba menolong kita untuk ber­satu dengan Bapa. Yesus akan menun­tun kita juga ke mata air kehidupan. Maka manakah yang kita pilih dan putuskan selagi kita hidup? Persatuan dengan Allah atau perpecahan dengan Allah. Mereka yang mengikuti Yesus pasti ada susahnya dan air mata namun ingatlah "Allah akan mengha­pus segala air mata dari mata mer­eka." (ay.17)

Puncak perjalanan hidup rohani kita tentulah bersatu dengan Bapa seperti Yesus dan Bapa adalah satu (Yoh 10: 27-30) Kita berasal dari Bapa. Dan Bapa memberikan kita kepada Yesus. Yesus memandang kita sebagai domba-domba yang berhak atas hidup kekal. Kebinasaan kekal tidak akan menimpa kita yang percaya kepada-Nya. Yesus berjuang agar tidak ada yang merebut kita dari tangan-Nya. Yesus mengenal kita, namun apakah kita mengenal Dia dan mengikuti Dia? Apakah kita mendengarkan suara-Nya, Sabda-Nya? "Bapa lebih besar daripada siapapun" (ay.29) Adakah yang lebih besar daripada Bapa dalam kehidupan rohani kita? Apakah itu diri kita sendiri? Apakah aku mau diajak oleh Yesus untuk bersatu dengan Bapa juga? Atau aku menolak ajakan-Nya? Tangan Yesus, tangan Bapa, tangan menuju kehidupan kekal.

Lihat Juga:

Renungan (WM) Lainnya...  Kembali

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi