Mimpi
16 Dec 2010, 20:36
Mimpi sebagai bunga tidur bermanfaat untuk melepaskan stres yang terekam dalam memori. Stres yang menumpuk terlalu banyak dan tertahan bisa membuat orang selalu cemberut bahkan jadi gila. Dalam perjalanan dari Purbalingga ke Semarang, temanku (aku sedang naksir dia) membangunkan dengan tiba-tiba sehingga aku gelagapan. Dengan jengkel dia bilang bahwa aku membuat dia malu karena aku tidur sambil menangis sehingga orang-orang di bis dapat tontonan gratis. "Kamu mimpi apa sih? Kayaknya sedih sekali?" Aku diam saja hanya berguman dalam hati," Tentu dong mimpi sedih karena gadis yang sedang ditaksir masih cuek bebek."
Yusuf, orang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama isterinya, bermaksud menceraikan Maria dengan diam-diam. Nah dalam situasi ini malaikat Tuhan datang menampakkan diri memberitahukan Yusuf dengan mimpi (bdk Mat 1: 18-24). Mimpi dalam Alkitab menggambarkan suatu pengalaman keagamaan yang sangat pribadi dan misterius. Cara berkomunikasi antara Allah dan umat dalam tataran sangat dekat. Hanya orang pilihan dan beriman teguh menerima pesan sorgawi melalui mimpi. Dalam arti popular, Tuhan memberi inspirasi kepada manusia tentang apa yang harus dilakukan. Saat itu tentunya Yusuf sedang bingung memikirkan peristiwa hamilnya Maria, tunangannya, karena Roh Kudus. Beberapa tafsir baru mengatakan Yusuf mungkin sedang merasa rendah diri mempunyai isteri Maria yang mendapat karunia istimewa dari Tuhan. Ia sadar Maria tidak pernah akan menjadi miliknya sebab Maria maupun anaknya adalah milik Allah. Malaikat Tuhan perlu menguatkan hati Yusuf agar berani menerima kenyataan ini dan mau melaksanakan tugas diluar rencananya. Iman Yusuf ibarat seberkas cahaya mengusir kegelapan malam.
Bagi manusia kontemporer, cara Tuhan menyampaikan pengutusan bisa dalam berbagai bentuk misalnya sedang menonton TV tentang bencana Merapi, Tsunami atau tanah longsor tiba-tiba hati tergerak untuk membantu mereka. Mimpi Yusuf sama dengan munculnya inspirasi. Repotnya sering kali timbul pertarungan dalam diri sendiri karena ada suara lain melawan 'mimpi' itu bila tidak sesuai dengan rencana yang sudah disusun. Bandingkan dengan Yusuf. Ketika ia sudah siap dengan rencananya sendiri untuk menceraikan Maria, Allah turun tangan. Dalam 'mimpi' (baca 'berdoa'), turunlah perintah Allah menunjukkan jalan baru. Jalan penyerahan diri kepada kehendak-Nya. Karya Allah datang secara tidak terduga-duga. Sikap rendah hati Yusuf sangat berbeda dengan kecongkakan raja Ahas, meskipun Nabi Yesaya menawarkan tanda kepada Ahas bahwa pesan yang disampaikan adalah benar firman Allah agar raja tidak meminta bantuan tentara asing. Ahas tetap menolaknya secara munafik dengan alasan tidak ingin mencobai Allah dan dia tetap dengan rencananya sendiri (bdk Yes 7: 10-14).
Mendapat celah untuk menghantam, nuraniku langsung berteriak, "Loe kaya Ahas suka muna di depan baik tapi di belakang busuk he..he.. Tiru dong Yusuf tanpa meminta tanda dia langsung menjalankan 'mimpi' yang diterimanya." Beranikah aku meniru teladan Yusuf dengan rendah hati menyerahkan diri kepada karya-Mu?
(JA Gianto / Sie Katekese)
Lihat Juga:
Renungan Harian
Minggu, 3 Maret 2024
Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...
Jadwal Misa Rutin
Sabtu | Pukul 16:30 |
Pukul 19:00 | |
Minggu | Pukul 06:30 |
Pukul 09:00 | |
Pukul 11:30 | |
Pukul 16:30 | |
Pukul 19:00 |