Memandang Yesus Mengayun Langkah Hidup - "Kejarlah Daku, Kau Kutangkap"

  17 Mar 2012, 11:54

Kasih itu Mengampuni dan menyelamatkan: Cinta itu kadang memang aneh? Betapa tidak! Walau sudah disakiti, dikhianati, toh masih mau berbuat baik. Itulah yang dilakukan Allah terhadap manusia, terhadap dunia. Kasih Allah bukan hanya besar, tetapi begitu besar kasih bahkan tiada batas, sampai memberikan Anak-Nya yang tunggal. Bukan hanya itu, Allah juga menghendaki agar manusia itu beroleh hidup yang kekal.

Mengapa bisa demikian? Karena kalau kita refleksikan perjalanan Israel adalalah perjalanan melepaskan diri dari kasih Allah. Sejarah perjalanan Israel dalam konteks ini adalah perjalanan penghianatan terhadap kasih Allah, perjalanan berkubang dalam dosa. Dan itulah dosa yang senantiasa terjadi dan berulang-ulang dalam diri manusia sepanjang zaman dengan aneka macam bentuknya.

Sungguh luar biasa Kasih Allah kepada manusia tidak pernah diberhentikan, karena kasih Allah itu penuh dengan pengampunan. Pemberian diri Anak-Nya, yakni Yesus merupakan kasih terbesar Allah pada manusia. Dalam tugas perutusan-Nya Yesus sampai wafat di salib. Salib ini menjadi puncak pemberian diri dan Kasih Allah. Kita (manusia) yang sering bertekun dalam dosa dan seharusnya kita dihukum oleh karena dosa kita, namun justru Allah memberikan anak-Nya disalibkan menggantikan kita. Terhadap kasih Allah yang begitu besar ini, masihkah kita mau melepaskan dari kasihNya dan hidup sesuka diri kita? Melepaskan diri dari kasih Allah berarti berada dalam bahaya kematian dosa, seperti Israel juga dalam bahaya mati digigit ular tedung di padang gurun.

Memandang Anak ManusiaSyarat untuk memperoleh kasih Allah dan keselamatan-Nya adalah adalah percaya dan memandang salib Yesus. Seperti orang-orang Israel memandang ular tembaga dan mereka tidak akan mati, demikian jika kita senantiasa percaya dan memandang-Nya di salib kita pun juga tidak akan mati, melainkan beroleh kehidupan kekal. Memandang Yesus di salib berarti masuk ke dalam pengalaman kasih. Memandang salib berarti senantiasa memandang kasih Allah. Memandang Yesus di salib berarti menimba kekuatan cinta yang telah ditunjukkan-Nya. Dengan kekuatan cinta itulah, kita mampu untuk berjalan di padang gurun kehidupan kita, dan memanggul salib kita masing-masing.

Kasih Allah itu itu memberi hidup, dan senantiasa ditawarkan kepada kita. Kalau kita menganggapi kasih Allah itu berarti kita akan hidup. Sebaliknya kalau kita tidak menanggapinya kita berada dalam hukuman. Bukan Allah yang menghukum, tetapi kita dihukum oleh sikap penolakan kita. Kasih Allah itu adalah terang, kalau kita tidak menggunakannya berarti kita berada dalam kegelapan. Maka segala risiko seperti menabrak, terjerumus ke jurang, atau jatuh dan terluka bahkan mati itu adalah hukuman yang kita ciptakan sendiri.

Kejarlah kasih Allah dan kita akan ditangkap dan berada dalam rengkuhan kasih-Nya.

(Heribertus Supriyadi, O.Carm)

Lihat Juga:

Renungan (WM) Lainnya...  Kembali

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi