Jangan Jadi Orang Suam-Suam Kuku!

  15 Jun 2012, 19:03

Yesus anak tukang kayu tetapi sangat menghayati kehidupan serta kebudayaan masyarakatnya. Maka, tanpa belajar ilmu komunikasi pun Ia mampu mengajar dengan sederhana, komunikatif, dan sangat efektif.

Jangan Jadi Orang Suam-Suam Kuku!

Karena itu, kalau Yesus disebut Guru, bukan karena isi pengajaran-Nya dan penghayatan-Nya, tetapi karena cara Ia menyampaikan pesan. Markus berkata dalam Injilnya: "Yesus memberitakan firman kepada mereka sesuai dengan pengertian mereka" (Mrk 26: 34). "Sedangkan kepada murid-murid-Nya Ia menguraikan segala sesuatu secara tersendiri,"

Maka, ketika mendorong orang banyak untuk BERTUMBUH secara utuh, sesuai kehendak Allah, Yesus menyampaikan pesan dengan menggunakan perumpamaan tentang "benih" dan "biji sesawi". Mengapa? Karena para pendengar adalah masyarakat agraris yang paham betul bahwa benih/biji sesawi yang ditabur akan tumbuh tinggi, rimbun sampai matang untuk dipanen. Biji sesawi tumbuh menjadi pohon besar, bahkan sampai burung-burung membuat sarang padanya.

Mereka yang mendengar pengajaran Yesus kiranya paham betul akan pesan perumpaan benih/biji sesawi itu. Setiap manusia harus menjadi pribadi yang bertumbuh makin tinggi hingga menjadi pribadi utuh menurut versi Allah, menjadi "manusia Allah", man of God (yang dalam Perjanjian lama menjadi sebutan eksklusif untuk para nabi dan para pemimpin agama).

Apabila orang-orang bertumbuh menjadi "manusia Allah", menjadi nyatalah kehadiran Kerajaan Allah. Makna sebenarnya dari Kerajaan Allah adalah "Allah Yang Meraja".

Lalu, apa patokan bahwa kita bertumbuh menjadi "manusia Allah"? Jawabannya kita semua sudah tahu: CINTA KASIH. Cinta kasih kepada Allah, kepada sesama manusia, dan kepada alam. Jadi, segala sesuatu yang dipikirkan, dikatakan, dan dilakukan harus konsisten mengacu kepada cinta kasih itu.

Susahnya, kita cenderung bertumbuh setengah hati dan tidak seimbang. Tentang ini, Kitab Suci kita menyebut istilah "suam-suam kuku", panas tidak dingin juga tidak.

Karir menanjak pesat: misalnya dari tentara "bawahan" melambung ke jenjang perwira tinggi; atau anak desa menapaki anak tangga sampai menjadi Kepala Sekolah SMA di ibukota; atau sebagai pedagang, usaha bertumbuh subur menggurita; atau berawal dari sebuah truk mini second-hand, tumbuh menjadi pengusaha angkutan dengan armada yang meraja daratan Pulau Jawa-Bali. Patut diberi acungan jempol! Pasti!

Di sisi iman, banyak yang telah bertumbuh kearah pribadi utuh, sejak dibaptis. Tetapi, bukankah selalu ada ancaman kita bertumbuh "suam-suam kuku"? Stagnan, iman kita, tidak bertumbuh? Jadi katolik itu sekedar asesoris mingguan, sekedar identitas hidup sosial, dan aktivitas sampingan.

Mari kita camkan kata-kata ini: "Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau tidak dingin dan tidak panas. Alangkah baiknya jika engkau dingin atau panas! Jadi karena engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atau panas, Aku akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku" (Why 3: 15 - 16).

(Leo Jegho)

Lihat Juga:

Renungan (WM) Lainnya...  Kembali

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi