Tiada yang Tak Mungkin bagi Allah

 Prasetyo Hartono  |     17 Jan 2016, 04:42

Beberapa tahun lalu di sebuah majalah Katolik dikisahkan seorang pemuda lulusan univertas negeri ternama mengambil cuti dari pekerjaannya untuk menolong sesamanya korban gempa. Leonardus Kamelius nama pemuda tersebut, mendirikan koperasi membantu kaum miskin dengan modal uang tabungannya sendiri.

Lalu bagaimana kisah seorang kaya yang bertemu Yesus? Seorang kaya yang memiliki harta berlimpah dan hidup mewah tentu dapat hidup foya-foya dan membeli apa saja yang diinginkan di dunia ini. Ditambah lagi, orang yang bertemu Yesus ini adalah orang yang terpandang dan terhormat karena selain kaya ia juga saleh, memenuhi memenuhi setiap perintah Allah.

Ia juga mengenal Yesus sebagai Guru yang baik dan juga sudah melakukan apa yang dikehendaki Allah. "Engkau tentu mengetahui segala perintah Allah: Jangan berzinah, jangan membunuh, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, hormatilah ayahmu dan ibumu." Kata orang itu: "Semuanya itu telah kuturuti sejak masa mudaku". Sebuah jawaban yang mengagumkan.

Namun, sungguh mengejutkan apa yang menjadi jawaban Yesus, bahwa belumlah cukup apa yang telah dilakukan oleh si pemuda kaya. Masih ada yang harus dilakukannya: menjual segala miliknya dan membagikannya kepada yang miskin.

Tak heran jika pemuda tersebut menjadi sangat terpukul dan sedih: sedih bukan karena belum terjamin masuk surga, namun sedih juga karena ia masih mencintai harta kekayaan yang sangat banyak. Ungkapan Yesus 'lebih mudah seekor unta masuk lubang jarum daripada seorang kaya masuk Kerajaan Allah" juga membuat para murid tercengang: kemustahilan! Maka penegasan Yesus: "Apa yang tidak mungkin bagi manusia, mungkin bagi Allah" adalah jawaban yang nyata. Bukankah saat Yesus yang bangkit dan naik ke surga juga merupakan kemustahilan bagi manusia, namun tidak bagi Allah.

Kita mungkin seperti orang muda tadi yang sudah menjalankan semua ritual agama, berdevosi dengan setia. Tetapi tidak memperhatikan yang paling mendasar, menyerahkan seluruh akal-budi, hati dan pikiran kita dan membangun relasi dengan Allah.

Mari kita mengambil sikap rendah hati seperti unta agar boleh masuk ke dalam kota dengan taat pada pimpinan Roh Kudus. Hati yang dikuasai belas kasihan Tuhan pasti membuat kita mau ambil bagian dengan berbagi kepada orang miskin, berkarya bagi Tuhan melalui kekayaan kita. Sehingga pada akhirnya dengan tersenyum Tuhan akan menyambut kita.

Lihat Juga:

Renungan (WM) Lainnya...  Kembali

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi