Kesempatan Kedua

  12 Sep 2013, 14:23

Selamanya kebaikan tetap akan berbuah. Kebaikan akan menang dari kejahatan. Keyakinan inilah yang tersirat dalam surat kepada Timotius dalam bacaan kedua, bahwa Santo Paulus bisa men­jadi Rasul yang totalitasnya tinggi, semangat imannya besar, ketulusan­nya dalam pelayanannya tanpa batas, disebabkan oleh kebaikan Kristus. Dengan menyadari kebaikan itu sebagai anugerah (gabe), dia menghi-dupinya dalam tanggungjawab peru­tusan (aufgabe). Anugerah bahwa dia diberi kesempatan untuk memulyakan Tuhan setelah dia menjadi pembinasa pengikut Yesus yang utama. Anugerah bahwa tugas perutusan untuk mewartakan kabar keselamatan dipercayakan kepadanya padahal masih banyak orang-orang yang lebih lurus hidupnya. Dan buah yang bisa kita petik bersama bahwa Kristus Yesus datang untuk menyelamatkan orang berdosa. Nah bagaimana sikap kita dalam menerima anugerah penyelamatan itu?

Berdosa. Ya, banyak bentuknya orang menjadi berdosa. Dalam Kitab Keluaran, bacaan pertama, orang Israel berdosa karena telah rusak lakunya, menyimpang dari jalan yang diperintahkan Tuhan yakni menyem­bah anak lembu tuangan (berhala). Betapa Allah sangat murka. Allah mau membinasakan. Tapi kemurkaan itu pun masih bisa reda karena kasih. Allah tidak jadi membinasakan. Diamasih memberi kesempatan untuk kembali dan memperbaiki ke hidup yang benar. Inilah kesempatan kedua, bagi saya. Demikian juga dalam ajaran Injil. Perumpamaan yang disampaikan Tuhan Yesus memuat prinsip ini, Allah memberi kesempatan lagi. Domba yang hilang, dinar yang ditemukan, sampai ke anak yang kembali, meru­pakan gambaran kebaikan Allah. Allah memberi kesempatan yang kedua.

Dalam hidup kita, tidak ada kesempurnaan. Setiap orang dalam hubungannya dengan Tuhan pasti pernah jatuh salah. Bisa penyembahan ber­hala ala modern (uang, kekuasaan, kenikmatan), bisa juga kesombongan, kebencian, dan sebaginya. Bobotnya, masing-masing pribadilah yang tahu.Terhadap kajatuhan itu, kita menyadari bahwa Tuhan masih memberi kesempatan. Selama masih diberi hidup, berarti masih diberi waktu untuk berubah. Nah sejauhmanakah kita menyadari dan menghidupi kebaikan Tuhan itu? Beranikah kita meneladan Santo Paulus dengan memberikan dirinya bersaksi, meskipun pernah jatuh, dan mewartakan kebenaran Injili, karena sangat meyakini kebenarannya? Mari kita memulai dan mengembangkan tugas perutusan itu dengan semakin tekun memperdalam dan meresapi makna Sabda Suci, ter­utama di bulan Kitab Suci ini. Selamat bersaksi dengan setulus hati.

(Albertus Rianto)

Lihat Juga:

Renungan (WM) Lainnya...  Kembali

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi