Siapa Tak Ingin Kaya?

  15 Jul 2012, 07:39

Mungkin bagi sementara orang kalimat judul dalam Efesus 1: 3-14 sangat menggelitik: kekayaan orang orang terpilih. Dalam hati bertanya: Kekayaan macam apa dan orang macam apa yang terpilih, siapa memilih, bagaimana memilih. Yang lain cenderung perhatiannya tersita pada kata ke-ka-ya-an. Wow kekayaan. Asyik! Salahkah pemikiran itu? Die Gedanken Sind Frei - pemikiran itu bebas - ungkap lagu rakyat Jerman kuno sekitar empat abad lampau. Apakah ini kelengkapankebebasan yang ada: freedom fromfear, freedom to speak, dan freedom yang terakhir adalah freedom to be free. Benar benar absurd. Benar bahwajaman sekarang jaman edan jaman yang surrealistis. Orang tak bisa menghindar. Siapa saja bisa terjerat terlibat di dalamnya. Yang penting, jangan termakan keedanan atau surrealismenya. Pesan Alvin Toiler, yang dibenarkan Ronggo Warsito- amenangi jaman edan, nek ora edan ora komanan, nanging luwih becik wong sing eling Ian waspo do. Keedanan kini begitu dahsyat. Kewarasan diragukan kehadirannya. Apakah situasi macam begini meniadakan " kesempatan " manusia untuk menjadi orang baik, orang yang terpilih? Sulitkah? Lalu bagaimana kisah kekayaan orang terpilih? Kekayaan macam apa yang dimiliki?

Orang tidak lagi bercita-cita punya uang banyak, tetapi - aku ingin kaya raya, Itu "visi dan cita-cita orang jaman kini ". Untuk sementara itu wajar dan sah sah saja. Toh, hanya menyentuh sesuatu yang fisik, duniawi. Sekali lagi: hanya untuk sementara. Bila kontrak hidup di dunia selesai alias dipanggil Tuhan (andaikan bertuhan) semua kekayaan miliknya itu tak bakal dibawa serta. Amsal 23: 4 menyatakan: Jangan bersusah payah untuk menjadi kaya, tinggalkan niat mu ini. Selagi Amsal 28: 20 menyatakan, orang yg dapat dipercaya mendapat banyak berkat, tetapi orang yang ingin cepat menjadi kaya tidak luput dari hukuman. Memang soal kaya dan kekayaan kadang membingungkan. Bagaimana dengan orang terpilih? Kita anda saya masih ingat kalimat singkat: banyak yang datang tetapi sedikit yang terpilih.

Ini terjadi tentu karena ada prasyarat baku yang harus dipenuhi. Cermati test penerimaan mahasiswa. Ribuan datang. Berapa diterima? Persyaratan itu sebenarnya jelas terang gamblang.

Dengarkan tiap kali seruan: berbahagialah mereka yang mende-ngarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakan-Nya. Bagaimana bisa berbahagia bila tidak melaksanakannya? Kalimat itu padat makna. Sebab dan akibat menyatu. Apa yang dilaksanakan? Seluruh apa yang pernah disabdakan. Tuhan. Kurang jelas? Cermati sepuluh perintah Tuhan dan perintah perintah lainnya dan apa yang terpateri dalam kitab. Baca dan cermati.Keberhasilan dalam pelaksanaan sabda Tuhan itulah kekayaan yang jadi bekal di kehidupan kekal sebagai tercantum dalam akhir kalimat sahadat. Maka mereka yang ingin kaya, kiblatkan sumber kekayaan itu mewujud kekayaan surgawi. " Nek arep sowan Gusti Allah, ojo sangu bondo donyo, nanging sanguo bondoswargo" kata mbah saya yang belum sempat Katolik. Bahkan saudara saudara saya dari negeri benua di utara mengatakan: surga berarti bersatu dengan Tuhan. Jelas kekayaan termaktub dalam Efesus 13: 14 bukan kekayaan duniawi melainkan kekayaan surgawi- yang terpilih adalah mereka yang menjalankan sabda Tuhan. Dominus vobiscum.

(Suwanto Soewandi - St. Benedictus)

Lihat Juga:

Renungan (WM) Lainnya...  Kembali

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi