Memaknai Pembaptisan Kita
Helena D. Justicia | 15 Jan 2017, 06:02
Dalam Katekismus Gereja Katolik (KGK, artikel 27) tertulis, bahwa kerinduan akan Allah telah ditanamkan dalam-dalam di hati manusia. Karena Allah-lah yang menciptakan manusia, tak henti-hentinya Allah menarik manusia agar dekat kepada-Nya. Karena itulah, hanya dalam Allah sajalah manusia menemukan kebenaran dan kebahagiaannya yang sejati.
Penjelasan dari KGK itu memberikan peneguhan kepada kita, khususnya yang telah dibaptis, untuk memastikan tugas perutusan di dunia. Ada di antara kita yang dibaptis sejak bayi, ada juga yang saat dewasa. Kesemuanya dipanggil pada jalan yang sama, yakni mewartakan kebaikan & keselamatan dari Allah.
Kita tak hanya dibaptis dengan air, tapi dengan Roh Kudus. Dengan cara itulah kita dikuduskan, agar mampu mewartakan Allah dalam hidup kita sehari-hari. Persoalannya kemudian adalah merawat kekudusan itu. Hari-hari ini, melalui televise dan media sosial, kita justru disuguhi tontonan tentang tokoh-tokoh agama yang suka berbohong, mengobarkan permusuhan dan menimbulkan perpecahan. Lantas dengan cara apa kekudusan itu dijaga?
Pemazmur berpesan: aku senang melakukan kehendak-Mu ya Allahku, Taurat-Mu ada di dalam dadaku. Terus-menerus mendalami ajarah Tuhan dan melakukan kehendak-Nya, kita akan menjadi sebagaimana firman Allah kepada Yesaya: Aku akan membuat engkau menjadi terang bagi bangsa-bangsa.
Lihat Juga:
Renungan Harian
Minggu, 3 Maret 2024
Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...
Jadwal Misa Rutin
Sabtu | Pukul 16:30 |
Pukul 19:00 | |
Minggu | Pukul 06:30 |
Pukul 09:00 | |
Pukul 11:30 | |
Pukul 16:30 | |
Pukul 19:00 |