Natal dan Semangat Pelayanan

 Ign. Sunito  |     13 Dec 2014, 23:52

Sejak awal Desember lalu suasana Natal sudah terasa apalagi kalau kita berjalan-jalan di pusat-pusat perbelanjaan. Nuansa Natal diwarnai kepentingan bisnis tampak dominan dan semuanya tampak
wajar-wajar saja dimana semuanya bisa kita terima. Paling tidak suka cita Natal tercermin di sana, apapun bentuknya dari kreativitas asesoris yang ditonjolkan dari masing-masing keistimewaan tempat-tempat itu. Memang, tidak saja Natal tetapi hari-hari besar keagamaan lain juga punya warna serupa tapi tak sama. Kebetulan tema Advent sekarang ini penekanannya adalah tentang pelayanan dan semangat pelayanan. Semangat memberi. Pasti konteksnya harus aktual.

Natal dan Semangat Pelayanan

Di era digital ini dimana a.l. kepentingan bisnis (untung rugi), juga syahwat kekuasaan, seolah menjadi roh kehidupan, penulis ingat akan buku "Spirit of Giving" dalam kepemimpinan bisnis karya
Adam Grant (31). Seorang professor muda terkemuka dari Sekolah Bisnis Wharton. Hasil risetnya yang dituangkan dalam buku tersebut mengubah mindset dalam meniti tangga kesuksesan. Yaitu menggeser paradigma dari self centered ke other centered. Dari pandangan kelangkaan, keberlimpahan juga dari pandangan banyak menuntut (taking focused) ke banyak memberi (giving focused).
Adam Grant membagi kepemimpinan yang bersifat Taker, Giver, dan Matcher.

Mereka yang dikelompokkan di Matcher terlihat nyata di Parlemen Senayan atau perusahaan sejenis Lapindo. Sosok selfish kepentingan sendiri adalah panglima tak peduli orang lain, harus dapat lebih banyak dari orang lain. Sosok ini pandangannya persaingan itu harus kejam, untuk sukses harus to be or not to be kalau perlu membinasakan yang lain sehingga ia menjadi stand out penuh kepongahan. Dunianya adalah sikutsikutan, destruktif yang semua serba melelahkan, baik diri sendiri maupun lingkungannya. Kebalikannya adalah kelompok Giver, yaitu mereka yang
focus memberikan kontribusi dan manfaat kepada yang lain ketimbang mendapatkan sesuatu dari orang lain. Kenikmatan hidup Giver didapat ketika mereka bisa memberikan waktu, tenaga uang, ilmu kepada orang lain tanpa berharap mendapat imbalan.

Kemudian kelompok Matcher adalah di tengah antara Taker dan Giver, memberikan sesuatu tetapi ada hitungannya yang sepadan. Pola pikirnya dilandasi prinsip keadilan dan pertukaran kemanfaatan keuntungan (cost benefit). Grant menyimpulkan untuk sukses orang tidak perlu menjadi predator bagi orang lain. Dengan karakter mulia "Spirit of Giving", mental berkelimpahan, keikhlasan untuk menjadi rakhmat bagi orang lain, membantu, dan memberikan kemanfaatan bagi sesama serta menjadi perantara bagi kesuksesan orang lain. Kepemimpinan Giver membagun pondasi yang kokoh dan
langgeng, membagi rakhmat bagi sekitarnya serta membangkitkan semangat, bahu-membahu membangun usaha. Grant menyebut Ripple Effect.

Ripple effect yang terus berulang membentuk sebuah lingkaran malaekat (victorius circle) sehingga semua pihak sukses, menuai kesuksesan bersama melalui mekanisme win-win game bukan zero-sumgame. Memang benih kebaikan dan kemanfaatan berkembang pelan tapi pasti sehingga kemudian membentuk goodwill, berupa kepercayaan, reputasi, empati dan koneksi emosional. Merenungi Natal ini, kita bisa berkaca diri dalam menjalani karya pelayanan. Apakah kita termasuk Taker, Giver, atau Matcher?

Lihat Juga:

Renungan (WM) Lainnya...  Kembali

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi