Berpakaian Layak dalam Perjamuan Tuhan
11 Oct 2014, 08:15
Bacaan injil akhir pekan, 11 & 12 Oktober 2014, Matius 22:1-14 mengisahkan Yesus mengumpamakan Kerajaan Surga sebagai seorang Raja yang mengadakan jamuan Perkawinan Anak-Nya. Kita diajarkan bahwa Gereja dapat dianggap sebagai Mempelai Kristus. Dalam perumpamaan ini para undangan menolak hadir dengan pelbagai alasan. Kemudian sang Raja mengutus hamba-hambaNya untuk mengundang siapa saja yang dijumpai untuk hadir dalam pesta-Nya.
Dalam pesta, Sang Raja mendapati seorang yang datang tanpa memakai pakaian pesta, dan orang itu diusir dan dibuang dalam kegelapan.
Ketika pertama kali mendengar perikop ini, saya merasa sang Raja tidak adil. Orang diundang ke pestanya kenapa tidak diterima apa adanya. Dia kan diudang dan datang memenuhi undangan itu, walaupun tidak mempunyai pakaian pesta yang layak untuk perjamuan. Bukankah aku diundang dan aku datang, terserah apa pakaian yang aku pakai.
Setelah lebih dewasa aku mulai paham bahwa pakaian yang kita pakai mengungkapkan isi hati kita, jati diri kita. Bukankah tidak ada dari kita yang menghadap orang terhormat, katakanlah Bapak Presiden - dengan pakaian sembarangan. Pasti kita mandi, bersolek dan memakai pakaian terbaik yang kita punya. Karena kita ingin memberi kesan, mengekskpresikan bahwa kita menghargai Bapak Presiden.
Pakaian merupakan ekspresi diri kita atau ungkapan jati diri kita pada mereka yang kita temui. Dalam perikop ini pakaian tentu saja lebih daripada kain yang membalut diri kita, tetapi juga kebersihan jiwa dan batin kita. Camkalah bahwa kita adalah persatuan badan, jiwa, dan roh, maka kesembarangan kita berpakaian juga mengungkapkan kesembarangan kerohanian dan batin kita.
Dalam pertemuan lingkungan Antonius 3 baru-baru ini pembahasan mengerucut pada busana ke gereja. Agak ramai perdebatannya, lalu ada seorang ibu yang ber-sharing bagaimana beliau mendidik anak-anaknya untuk tidak memakai jeans dan t-shirt bila menghadiri Misa; dan ajaran ini ternyata memberikan pengaruh baik pada budi pekerti anak-anaknya.
Pastor Kutschruiter pada awal berdirinya paroki MBK pernah menghimbau umat untuk tidak memakai "pakaian olah raga" bila ke misa.
Aturan baku tidak ada, yang ada adalah kaidah-kaidah sopan santun dan iman, ukurannya sangat fleksibel sangat tergantung pada pada Anda, tetapi mau tidak mau orang lain akan memberi penilaian - secara terbuka atau tidak. (Rob P.)
Lihat Juga:
Renungan Harian
Minggu, 3 Maret 2024
Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...
Jadwal Misa Rutin
Sabtu | Pukul 16:30 |
Pukul 19:00 | |
Minggu | Pukul 06:30 |
Pukul 09:00 | |
Pukul 11:30 | |
Pukul 16:30 | |
Pukul 19:00 |