Kerendahan Hati Yohanes, Egoisme Herodes
9 Dec 2011, 11:05
Pertengahan November lalu Presiden Obama datang ke Bali untuk menghadiri KTT Asean. Jauh hari sebelum kedatangannya pelbagai persiapan dilakukan. Ada pasukan pengamanan, ada pesawat-pesawat tempur yang diparkir di landasan Ngurah Rai dan juga utusan-utusan pemerintah Amerika telah tiba untuk berkoordinasi mempersiapkan penyambutan Presiden negara adidaya itu.
Uskup Fulton J. Sheen dalam bukunya "Life of Christ" menulis bahwa salah satu tanda keabsahan Yesus sebagai utusan Allah adalah nubuat-nubuat akan kedatangannya yang ada jauh hari sebelum kelahirannya; bahkan sesaat setelah setan yang menggoda Hawa, Allah sendiri bersabda bahwa utusannya yang merupakan keturunan seorang wanita akan menghancurkan kepala ular; "Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya." (Kej. 3: 15.)
Yohanes Penginjil menulis sebagai berikut: "Datanglah seorang yang diutus Allah, namanya Yohanes; ia datang sebagai saksi untuk memberi kesaksian tentang terang itu, supaya oleh dia semua orang menjadi percaya. Ia bukan terang itu, tetapi ia harus memberi kesaksian tentang terang itu." (Yoh: 1: 6-8).
Sama halnya bila tamu agung datang maka voorijder akan mendahuluinya untuk memuluskan jalan yang ditempuh tamu agung tersebut.
Yohanes Pembaptis tentu bukan orang sembarang. Utusan Allah pasti orang hebat. Dia punya kharisma besar - terbukti banyak orang mau mendengarkan dia dan percaya sampai mau dibaptis olehnya. Tidak cuma hebat dan berwibawa, ternyata dia juga rendah hati - dengan terbuka dia menerima Yesus dan mengakui kelebihan Yesus, walaupun di saat itu orang-orang memandang Yohanes lebih besar dari pada Yesus.
Dalam rangkaian Natal kita jumpai pula seorang tokoh yang sangat berlainan dengan Yohanes. Dia adalah Herodes. Herodes tahu persis bahwa akan datang seorang raja - sang Emanuel. Dia juga tahu bahwa nubuat tentang itu sudah ada lama sekali.
Namun beda dengan Yohanes dia tidak rela bahwa ada yang lebih besar daripadanya.
Dengan keji dia berusaha melenyapkan raja yang baru lahir ini. Pasukan dikerahkannya untuk membantai anak-anak dengan harapan si anak raja terbunuh juga, dan kekuasaannya tidak teracam.
Dalam kehidupan sehari-hari kita bisa saja terjangkit egoisme Herodes dan lupa akan ketulusan Yohanes Pembaptis. Kita ingin berkuasa, ingin menonjol, ingin agar karya kita mendapat nilai lebih, ingin diakui sebagai "yang paling berjasa".
Marilah di masa adven ini kita mohon kerendahan hati agar tidak dibutakan oleh nafsu penonjolan diri, melainkan diberikan hikmah kebijaksanaan agar mampu melayani sesama dengan penuh cinta kasih sehingga dengan demikian kabar sukacita kedatangan Tuhan makin diamalkan.
(Rob. Purnomo)
Lihat Juga:
Renungan Harian
Minggu, 3 Maret 2024
Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...
Jadwal Misa Rutin
Sabtu | Pukul 16:30 |
Pukul 19:00 | |
Minggu | Pukul 06:30 |
Pukul 09:00 | |
Pukul 11:30 | |
Pukul 16:30 | |
Pukul 19:00 |