Mari Bertanya Seperti Orang Saduki Bertanya

  7 Nov 2013, 13:43

Membahas tentang hidup dan kehidupan yang tengah kita jalanipun susah, e malah orang Saduki tanya kepada Yesus: Apakah kebangkitan itu ada? Hidup mati itu sepertinya misteri. Andai dibahas tidak bisa dikupas tanpa alas piker jelas. Apalagi dibicarakan se-pintas-pintas, dengan kacamata bias. Hidup dan bagaimana maut menjemput, tak dapat begitu saja menutup ceritera. Saya ragu, setengahnya malu, bingung, mau bikin renungan apa dengan tanya jawab orang Saduki dengan Yesus. Namun keyakinan bahwa Tuhan tidak tidur justru membangunkan saya agar sadar: saya punya hobi baca, sedikit ada nalar dan suka berandai-andai. Berandai-andai tentang sesuatu itu bukan tabu, tak ada larangan begini begitu. Berandai-andai itu seperti memanjakan pikiran "mblayang" ke negeri antah berantah mencari sesuatu. Bisa ketemu sesuatu atau malah jalan buntu.

Merenung harus menghasilkan pemikiran up-to date relevant dengan kondisi dan situasi masa kini saat ini minimal untuk pribadi. Merenung perlu kecerdasan dan tidak dilakukan dengan cara extreme. Menangis sesenggukan setelah membaca kisah mengharukan dalam injil atau kitab lain. Atau "jingklak-jingklak" membaca kisah jenaka. Itu laku layak (over-acting). Renungan bukan hasil pemaksaan empati atau simpati terhadap isi maupun materi yang direnung. Itu adalah kesadaran isi dan keinsyafan diri.

Pertanyaan orang Saduki di jaman ini bisa diklasifikasikan dalam beragam karakter pertanyaan: Surprise, com­plex, question, low probability ques­tion. Apakah kita mampu bertanya seperti orang Saduki bertanya?

Cermati tiap pertemuan lingku-ngan, wilayah. Bila kesempatan bertanya ada meski satu dua orang penanya, cermati karakter pertanyaan. Karena pertanyaan itu ada nilai dan wataknya. Ada tata santun bahasa bahkan tata krama. Dengan segala maaf bisa saya sebut bahwa pertanyaan lebih bersifat basa-basi atau terpaksa lalu muncul sekedar ber­tanya. Ada dumb question, ada yes no question bahkan ada negative state­ment question - pertanyaan khiamat. Pertanyaan yang mengatasnamakan orang lain. Tidak bertanya bukan jaminan yang bersangkutan telah paham.

Jaman dulu Silent is golden, masa kini orang mengatakan (maaf lebih dulu) Silent is stupid. Tentu diam tidak selalu jaminan kebodohan. Ungkapan kemarahanpun kadang dilipat dalam pertanyaan yang lebih bernuansa kritik. Maunya kritik membangun sikap positif.........tahunya justru membangun marah yang ditanya. (walau hanya di batin).

Akhirulkalam, isi pertanyaan orang Saduki, bagaimana mereka bertanya dan jawaban Yesus merupakan fonda­men iman dan kepercayaan Gereja Katolik yang apostolik.

Tertuang dalam kalimat syahadat yang tiap misa kita ulang ucap. Tidak tergoda keraguan. Godaan lebih banyak datang dari batin kita sendiri selain dari pihak lain. Harapan kristiani adalah menantikan kebangkitan dalam arti kemungkinan bagi tiap-tiap orang untuk melahirkan kembali dari Allah di dalam Allah dan menyatakan dirinya sepenuh-penuhnya dalam "tubuh yang dimuliakan". Cermati Ibrani 9: 27 Perkuat iman dan kepercayaan, tidak mikir neko-neko. Tuhan memberkati.

(Suwanto Soewandi - St. Benedictus)

Lihat Juga:

Renungan (WM) Lainnya...  Kembali

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi