Unconditional Love
J.A. Gianto | 10 May 2015, 00:03
Ngomong soal cinta... Sungguh asyik. Yang muda sedang mengalami cinta, mungkin dalam perjuangan mencitai sahabat. Yang tua sudah pernah jatuh cinta, atau sedang mencintai keluarga. Bahasa Indonesia mengenal kata cinta tanpa membedakan arti lebih dalam. KS mengenal cinta dalam arti berbeda (Yunani). Agape: cinta tanpa syarat (unconditional love); philia: cinta persahabatan; storge: cinta keluarga; dan eros: cinta sensual fisik.
Dalam skala luas, cinta menjadi barang mahal dan langka. Lihat saja sekeliling kita, kekerasan semakin menonjol. Begal tak segan-segan melukai bahkan membunuh korban. Kelompok berebut kekuasaan politik-uang dengan jalan kekerasan. Mereka yang berbeda pendapat diculik, disiksa, diperkosa dan dibunuh. Peperangan di Timur Tengah menjadi kabur, siapa melawan siapa. Masih relevan ungkapan seorang penyair sufi kelahiran Afganistan, Jalaluddin Rumi (1207-1273), merumuskan CINTA yang bukan sekadar pesona permadani bumi: Aku bukanlah orang Nasrani, Aku bukanlah orang Yahudi, Aku bukanlah orang Majusi, dan Aku bukanlah orang Islam. Keluarlah, lampaui gagasan sempitmu tentang benar dan salah. Sehingga kita dapat bertemu pada 'Suatu Ruang Murni' tanpa dibatasi berbagai prasangka atau pikiran yang gelisah (KOMPAS, 26 April '15).
Kornelius, seorang perwira tentara Itali, mendapat pencurahan Roh Kudus, mengundang Petrus datang ke rumah dan minta dibaptis. Petrus sendiri mendapat penglihatan dari Tuhan untuk datang ke rumah Kornelius meskipun dia bukan bangsa bersunat. Allah adalah CINTA yang memberikan dirinya lewat Yesus kepada siapa saja yang mau menanggapi panggilan-Nya.
Menarik sekali dalam Yoh. 15:9-17, kata KASIH diulang 6 kali dalam bentuk anak kalimat berbeda-beda. Yesus menjelaskan ajaran utama tentang 'unconditional love' pada perjamuan terakhir setelah Yudas yang kerasukan iblis meninggalkan kelompok para rasul. Yudas kecewa karena Yesus tidak mau menggunakan kekerasan melawan orang Romawi, akhirnya memilih menggunakan jalan kekerasan dengan menjual Yesus. Sebaliknya Yesus adalah KASIH yang menyerahkan tubuh-Nya demi menebus dosa manusia. Kasih sejati rela berkorban nyawa demi sahabat-sahabat-Nya. Kekuatan terang (kasih) melawan kekuatan gelap (kekerasan).
Bagaimana cinta itu dapat dibahasakan bagi manusia sekarang? Apakah cinta adalah seni? Jika demikian, cinta mensyaratkan pengetahuan dan usaha. Ataukah cinta adalah suatu sensasi yang menyenangkan, dimana untuk mengalaminya adalah soal keberuntungan semata, sesuatu yang "hadir" jika seseorang beruntung? (Erich Fromm: The Art of Loving). Gereja memilih yang pertama sehingga perlu mengembangkan Teologi Kontekstual dalam USAHA berdialog dan BELAJAR mengenal umat bertradisi Islam (Ensiklik Nostra Aetate, Paus Paulus VI, 1965).
Apa saya mau belajar dan berusaha mempraktikkan "CINTA TAK BERSYARAT" seperti YESUS? Semoga.
Lihat Juga:
Renungan Harian
Minggu, 3 Maret 2024
Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...
Jadwal Misa Rutin
Sabtu | Pukul 16:30 |
Pukul 19:00 | |
Minggu | Pukul 06:30 |
Pukul 09:00 | |
Pukul 11:30 | |
Pukul 16:30 | |
Pukul 19:00 |