Susahnya Berterima Kasih

  11 Oct 2016, 07:57

Yesus menyembuhkan sepuluh orang kusta. Dari kesepuluh itu, cuma seorang yang kembali untuk berterima kasih.

Kejadian ini sering juga kita alami. Ada yang kita tolong, tetapi yang ditolog tidak mengucapkan terima kasih. Seakan-akan memang sudah kewajiban kita menolongnya. Hati kadang kesal. Marah melihat budi baik kita tidak diapresiasi.

Susahnya Berterima Kasih

Sebaliknya mungkin juga kita yang tidak berterima kasih. Kadang ucapan terima-kasih diucapkan sekedar kebiasaan, memenuhi kaidah sopan santun. Kadang, kita merasa terlalu tinggi hati untuk berterima kasih secara terbuka.

Kadang, kita bahkan tidak menyadari lagi akan anugerah yang kita terima, bahkan dari Tuhan sekalipun. Bukankah kita patut berterima kasih dan bersyukur pada tiap tarikan napas yang masih boleh kita lakukan?

Berkata terima kasih saja, tidak cukup. Apa tandanya kita berterima kasih. Paling gampang dan logis adalah membalas budi. Dapatkah membalas budi, karena yang memberi adalah yang tidak memerlukan bantuan dari kita sama sekali. Kita begitu kecil untuk dapat memberikan sesuatu padaNya.

Seperti halnya si penderita kusta dalam perikop yang dibacakan dalam misa akhir pekan ini, apa yang dapat diperbuatnya untuk membalas kebaikan Yesus? Berterima kasih, menghadap, berkomunikasi memberi perhatian.

16 Oktober 2015 adalah Hari Pangan Sedunia. Bapa Uskup Mgr. Suharyo dalam surat gembalanya menganjurkan kita untuk menjaga keseimbangan. Pemberian rezeki yang kita terima dapat diimbangi dengan rasa terima kasih atau rasa syukur. Namun bukan hanya syukur di mulut saja.

Satu bagian dari surat gembala tadi menggelitik, bunyinya "Amos mengritik cara hidup masyarakat agama pada zamannya: mereka merasa nyaman bila sudah melakukan ritual keagamaan. Sementara, mereka tidak peduli terhadap keadaan sekitar dan membiarkankan ketidakadilan terjadi."

Rasa syukur dan terima kasih bukan hanya ritual, tetapi harus konkret. Marilah kita berterima kasih pada alam, pada orang tua kita, pendahulu kita dengan tindakan konkret yang positif terhadap sesama kita, termasuk alam semesta di sekitar kita dengan mengambil bagian dalam pelestarian lingkungan, dan memberikan budi baik kita sebagai tanda terima kasih atas segala anugerah yang kita terima kepada sesama.

(RP)

Lihat Juga:

Renungan (WM) Lainnya...  Kembali

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi