Tuhan Mengembalikan Dan Memulihkan Masa Depan Kita

  7 Jun 2013, 21:44

"Anakonhi do hamoraon di ahu"

Ada pepatah dalam bahasa Batak yang berbunyi, "Anakonhi do hamoraon di ahu" (Anakku adalah hartaku). Menarik bahwa (bagi orang Batak dan kebanyakan orang), harta manusia tidak diletakkan pada rumah, mobil, tabungan, emas atau harta benda lainnnya, melainkan dalam diri anak. Kebenaran ungkapan ini dapat dilihat dalam fenomena bagaimana orang berusaha sungguh-sungguh agar anak-anaknya bisa sekolah atau terampil dalam banyak hal agar masa depannya terjamin dan mapan. Harapan dan masa depan bahkan kebahagiaan para orang tua diletakkan dalam diri anak. Ketika anak-anaknya berhasil dan hidup baik, terjamin dan mapan, maka para orang tua merasa bahagia, damai dan tenang. Sebaliknya jika anaknya tidak bisa sekolah, tidak terampil dalam aneka bidang kehidupan, sakit, atau masa depannya tidak menentu, para orang tua menjadi gelisah stress bahkan sakit.

Kehilangan anaka = kehilangan masa depan:

Injil dan bacaan pertama mengisahkan seorang janda yang kehilangan anak tunggalnya. Seperti dalam budaya, bagi orang Yahudi, anak adalah harapan, anak adalah masa depan. Kematian anaknya, berarti bukan hanya kehilangan anak, tetapi kehilangan harapan, masa depannya, makna hidup, dan segala-galanya. Kepada Elia, ibu janda ini mengungkapkan perasaanya dengan berkata, "Apakah maksudmu datang ke mari, ya abdi Allah? Singgahkah engkau kepadaku untuk mengingatkan kesalahanku dan untuk menyebabkan anakku mati?" Sedangkan dalam Injil, Ibu Janda tak mampu lagi mengungkapkan kesedihan dan ketertutupan masa depannya, bahkan bisa jadi air matanya pun sudah mengering. Janda ini merasa kehilangan semuanya.

Tuhan mengembalikan dan memulihkan masa depan kita:

Melalui doa dan permohonan Elia, anak dari seorang ibu janda di Sarfat dihidupkan oleh Allah. Sehingga ibu janda ini kembali bersukacita dan memuji Tuhan. Sikap Yesus ketika melihat kematian anak janda di Nain sungguh mencerminkan belas kasih hati Allah. Ini semua terungkap dalam Injil, "....ketika Tuhan melihat janda itu, tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu Ia berkata kepadanya: "Jangan menangis!" Yesus tergerak oleh belas kasih, bahkan Ia ingin menghentikan dan menghapus air mata ibu ibu ini. Tangisan dan air mata ibu ini tidak lain adalah tangisan karena dukacita dan tercabutnya masa depan dan harapannya. Namun kini semua dihentikan oleh Yesus dengan menghidupkan anaknya.

Pesan Pastoral:

Sebagai murid Yesus kita tidak bisa berbuat seperti Elia atau Yesus yang mampu menghidupkan orang yang sudah meninggal. Namun kita bisa mengembalikan, memulihkan orang-orang yang kehilangan sukacita, harapan dan masa depannya oleh karena persoalan yang dialami: kesepian, kemiskinan, sakit dan tidak bisa berobat, rumah tinggal yang tidak layak, makanan yang tidak selalu tersedia, dan lain sebagainya. Bukankah kerelaan kita mau menemani mereka yang sendiri, memberikan sebagian rejeki yang diberikan Tuhan juga mampu mengembalikan dan memulihkan kegembiraan dan masa depan mereka?

(Rm. Heribertus S)

Lihat Juga:

Renungan (WM) Lainnya...  Kembali

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi