Berjaga-Jaga
19 Aug 2010, 17:50
Berjaga-jaga, ingatan kembali ke masa anak-anak di kampung kota Solo di pinggiran Bengawan Solo, khususnya di musim hujan. Orangtua bersama orang dewasa bersama berjaga-jaga. Siap kalau tiba-tiba Bengawan Solo meluap, artinya siap pula untuk mengungsi. Tandanya bunyi kentongan, terutama di malam hari. Jika situasi harus menyelamatkan diri, harus ramai-ramai memberitahu tetangga kemana harus mengungsi. Demikian pula ketika aktif menjalani profesi sebagai wartawan, 24 jam berjaga-jaga jika ada kejadian penting. Siap berangkat kemana saja, dan paling membanggakan jika mendahului para pesaing tiba di tempat kejadian. Mendapat berita eksklusif sendiri. Ini bedanya hidup bebrayan, gotong royong dengan kehidupan profesionalisme.
Ketika mendapat kepercayaan memimpin unit usaha di perusahaan, saya juga menyuruh berjaga-jaga terutama di bagian pemasaran. Bukan saja mengawasi pesaing, tetapi bagi anak buah yang potensial untuk maju, yang belum mengantongi ijasah S1. Saya instruksikan untuk segera menyelesaikan kuliahnya, sebab berjaga-jaga jika ada promosi jabatan pasti prioritas kepada mereka yang sarjana. Hasilnya memang nyata ketika saya sudah pensiun. Ada yang meneteskan air mata mengucapkan terima kasih. Juga saya ikut terharu, bangga dan bahagia. Lagi-lagi ingatan pada pepatah Cina. Jika Anda ingin bahagia satu jam, tidurlah! Ingin bahagia seharian, pergilah memancing!. Ingin bahagia satu bulan, carilah teman! Untuk setahun, belajarlah ilmu pengetahuan. Jika ingin bahagia selamanya, tolonglah orang lain. Berarti berbuat baik.
Menjalani kehidupan bak manusia berjalan, dan selalu berjalan disertai kegiatan yang namanya kerja, sebuah sarana terbaik untuk memahami hidup. Bahkan Tuhan pun juga kerja untuk mengalami pengalaman kemanusiaan. Terlebih kita, manusia dengan kerja mengalami pengalaman ketuhanan yang mengesankan. Sebab dengan kerja kita tidak sekedar memperoleh sesuatu yang syukur bisa diwariskan, tetapi juga jalan menelusuri bagian dari kehidupan yang berdimensi luas ini, yang tentu tidak semuanya bisa terjangkau. Namun yang pelik dan khas pasti kita lewati. Kata muluknya pasti kita masing-masing pernah menyelami maupun mengalami "rahasia hidup" (khusus untuk generasi seumur saya).
Ini sekedar ilustrasi jika kita kutibkan Injil Minggu ini tentang berjaga-jaga "hendaklah kamu juga siap sedia, karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu sangkakan." Pengertian tekstual seperti bersembahyanglah sebelum kamu disembahyangkan orang. Seolah dosa besar segera melekat ketika kita lupa sembahyang. Kita bisa terpaku hanya pada karya spiritual yang menjadi ukuran, tetapi kita lupa tugas kemanusiaan kita Apalagi jika suatu waktu menemui kegagalan, atau tersandung-sandung. Bagi yang banyak berdoa, pasti kecewa seolah doanya tak di dengar Tuhan. Namun yang punya prinsip Ora et Labora, Olahraga dan Humoria. Kegagalan itu dianggap menjadi amunisi untuk memproduksi kekuatan di kemudian hari.
Mau bukti? Berjaga-jagalah!
(IG. Sunito)
Lihat Juga:
Renungan Harian
Minggu, 3 Maret 2024
Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...
Jadwal Misa Rutin
Sabtu | Pukul 16:30 |
Pukul 19:00 | |
Minggu | Pukul 06:30 |
Pukul 09:00 | |
Pukul 11:30 | |
Pukul 16:30 | |
Pukul 19:00 |