Diutus Sebagai Pewarta
9 Jul 2013, 13:29
(LUK 10: 1-9; 17-20)
Diutusnya para murid untuk mewartakan Injil Suci, bukan hanya sekedar mencari orang untuk menjadi Kristiani. Lebih dari itu. Seseorang di ajak untuk memperoleh keselamatan. Nilai hakiki ini harus menjadi perhatian bagi setiap pewarta. Menjadi Katolik yang sejati, saya merasa bahwa esensi Kekatolikanlah yang harus diajarkan. Makna mendalam kekatolikannyalah yang harus dihidupi. Dasar dari semua itu adalah Cinta Kasih. Bagaimanakah Cinta Kasih ini sungguh diinternalisasikan, dipancarkan dalam gerak langkah nyata. Cinta kasih yang mewujud pada kepercayaan mendalam kepada Tuhan. Berarti juga bukan untuk kebanggaan dan kepuasan diri atas segala hasil yang didapat.
Kembalinya para murid (ay. 17-20) memberikan penegasan tentang sikap mental pewarta. Ketika para murid bangga dengan segala pengalaman yang luar biasa ditambah hasil yang hebat...Tuhan Yesus menegaskan bahwa nilai yang harus dihidupi adalah tercatat di dalam buku sorga. Woi...berarti bahwa apa pun yang kita kerjakan harus mengarah kepada kemuliaan Tuhan semata. Para murid benar-benar diberi landasan yang paling dasar sebagai pewarta bahwa pekerjaan itu bukan oleh dan untuk diri sendiri; bahkan mereka harus mampu menepiskan kebanggaan dan kepentingan diri. Sikap ini adalah prioritas utama sehingga orang diantarkan bertemu dengan Sang Ilahi.
Ketika kepentingan diri yang ditonjolkan seringkali pewartaan menjadi bias. Ketika seorang pewarta menjadi sombong dengan kemampuannya, seringkali pewartaannya hanya omong kosong. Seorang Pastor yang merasa keilmuan agamanya tinggi akan terperosok pada teoritis semata dalam kotbahnya. Seorang pengurus Gereja yang bangga dengan kedudukannya, kebijakan Gereja akan berkutat pada duniawi yang dibungkus oleh kata-kata surgawi. Seorang Pengajar agama yang angkuh, akan berkutat pada ilmu dan kajian-kajian yang tak perlu. Seorang jemaat Katolik yang merasa suci, akan terjatuh pada sikap-sikap radikal yang munafik.
Lalu bagaimana yang benar? Siapa pun kita, kerendahan hati harus menjadi ukurannya. Apakah segala yang kita lakukan murni bersumber dari kedalaman cinta kasih? Yakinkah kita bahwa dengan tulus kita ingin orang menjadi baik, lebih baik, bahkan sa-ngat baik? Dan benarkah kita bahagia atas hal baik yang dialami orang lain? Hidup penuh keikhlasan, kebaikan, dan syukur. Inilah hidup Cinta Kasih yang kita wartakan karena Tuhan adalah Sang Cinta, sumber segala kebaikan. Amin.
(Albertus Rianto)
Lihat Juga:
Renungan Harian
Minggu, 3 Maret 2024
Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...
Jadwal Misa Rutin
Sabtu | Pukul 16:30 |
Pukul 19:00 | |
Minggu | Pukul 06:30 |
Pukul 09:00 | |
Pukul 11:30 | |
Pukul 16:30 | |
Pukul 19:00 |