Hidup, Sebuah Riwayat Bersama Tuhan
Helena D Justicia | 1 May 2014, 22:37
Kita telah memasuki bulan Mei, yang bagi umat Katolik dikhususkan untuk berdevosi kepada Bunda Maria. Satu di antara wujud devosi itu adalah doa rosario. Jika kita membaca sejarah doa Rosario, ternyata bentuk dan rumusan doa rosario saat ini merupakan proses sejarah yang sangat panjang. Sejarah itu melingkupi Mazmur Daud, masa-masa sebelum Kristus, doa-doa umat Yahudi, pembacaan Kitab Suci, serta kebiasaan hidup para rahib dan pertapa. Dengan kata lain, doa rosario adalah sejarah panjang tentang kesalehan umat kristiani.
Merenungkan hal itu, barangkali untaian manik-manik rosario itu jadi tak lagi sama di mata kita. Manik-manik itu adalah seuntai riwayat; tentang tradisi yang diwariskan, tentang kisah-kisah masa silam, kisah tentang kegembiraan dan harapan, tentang iman yang menguatkan, tentang kasih yang tak berkesudahan. Betapa gembiranya terhubung dengan suatu masa yang silam itu, merasa menjadi bagian dari sebuah perjalanan panjang yang menyelamatkan, sehingga apapun yang terjadi kini dan nanti tak lagi mudah untuk dihancurkan begitu saja, tak lagi boleh untuk dihentikan seketika. Inilah perjalanan yang melibatkan kita di dalamnya, namun bukan sepenuhnya milik kita. Sebuah riwayat panjang tentang kita, yang sebenarnya juga bukan tentang kita... melainkan tentang Allah sendiri.
Melalui kisah perjalanan menuju Emaus sebagaimana Injil yang kita baca minggu ini, kita kembali diingatkan pada keterkaitan antara keberadaan kita, Allah, dan sejarah panjang karya keselamatan-Nya. Di antara kegelisahan hidup dan pertanyaan-pertanyaan di kepala, kita pun mengalami perjalanan kedua murid: Yesus yang menyertai. Sayangnya, seringkali pergulatan hidup membuat kita tak menyadari kehadiran-Nya, sehingga beban hidup jadi terasa sangat berat pada suatu waktu. Tak jarang juga kita merasa bahwa Allah pergi meninggalkan kita.
Dengan cara apakah kita dapat diyakinkan bahwa Allah senantiasa menyertai kita? Barangkali dengan membaca kembali Kitab Suci-Nya, mengingat lagi doa-doa lama yang telah berabad-abad didaraskan oleh umat-Nya... sehingga kita yakin bahwa dalam 2.000 tahun ini, Allah sungguh menyertai manusia.
Belajar beriman adalah belajar untuk percaya dan mengandalkan Allah. Belajar beriman adalah belajar untuk setia. Akan tetapi, pertama-tama yang perlu kita lakukan adalah membuka hati dan menerima Dia. Sudahkah kita mengundang Yesus untuk masuk ke dalam hidup kita, untuk berjalan bersama kita?
Lihat Juga:
Renungan Harian
Minggu, 3 Maret 2024
Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...
Jadwal Misa Rutin
Sabtu | Pukul 16:30 |
Pukul 19:00 | |
Minggu | Pukul 06:30 |
Pukul 09:00 | |
Pukul 11:30 | |
Pukul 16:30 | |
Pukul 19:00 |