Siapakah Kita, Herodes atau Para Majus?
Robby Purnomo | 3 Jan 2016, 04:45
Dari perikop injil yang dibacakan pada akhir pekan 3 Januari 2016 kita melihat kegigihan para Majus mencari Sang Mesias. Dengan mempelajari kitab-kitab nubuat yang ada, meneliti perkembangan dunia, musim dan bintang-bintang, mereka menghitung kapan nubuat kedatangan Sang Emanuel akan terpenuni. Pastilah pencarian ini telah berlangsung lama. Kegagalan demi kegagalan atau salah perhitungan sudah menjadi langganan mereka. Tetapi dengan gigih mereka tetap menekuni apa yang mereka imani, dan tanpa kenal lelah akhirnya usaha mereka menemukan titik terang.
Ada sebuah bintang cemerlang yang menjadi petunjuk. Dengan semangat dan tekat yang bulat mereka memutuskan berangkat mencari kebenaran dari apa-apa yang mereka pelajari dan teliti. Perjalanan jauh yang penuh risiko ditempuh. Banyak rintangan dihadapi. Rintangan dari luar seperti cuaca panas terik di siang dan dingin mengigit di malam, sulitnya medan yang harus ditempuh; juga tidak ketinggalan rintangan-rintangan dari dalam diri mereka sendiri, seperti kecenderungan untuk tetap di zona nyaman, ketidakpedulian dan kurangnya semangat cinta pada sang pencipta. Semua telah mereka kalahkan, demi menemukan kebenaran.
Menemukan kebenaran dan menghormatinya, tahu diri mau, menerima kenyataan bahwa ada yang lahir dan nantinya lebih ber-kuasa dari mereka.
Sementara itu ada juga yang punya kepedulian tetapi didasari kebencian, dengki serta ketakutan akan hilangnya kenyamanan yang sudah ada. Raja Herodes! Dia juga bersemangat mencari di mana sang Emanuel lahir. Bukan untuk memberi hormat, tetapi untuk mengambat, membabat dan membasmi.
Kita sekarang dapat mengikuti kisah suka duka yang ditulis oleh Penginjil Santo Matius ini dengan nyaman, dalam ruang sejuk ber-AC atau sambil bersantai dalam kenyamanan zaman modern yang sudah berkembang. Di tengah kenyaman ini kita beruntung bahwa tanpa proses pencarian yang rumit berbelit-belit kita bisa bertemu dengan sang Emanuel yang juga telah menyesaikan karya penebusan-Nya dan memulihkan hubungan mesra kita kembali menjadi anak-anak Allah.
Kini berpulang pada kita bagaimana kita menempatkan diri kita dalam mencari dan menemukan Sang Terang? Pilihan harus kita jatuhkan; pemilihan harus kita lakukan, tidak bisa tidak.
Apakah kita mengambil peran para Majus yang membawa persembahan dan siap menjunjung tinggi Sang Raja yang dilahirkan atau sebaliknya. Kita juga bisa - entah sadar atau tidak, sengaja atau kecelakaan - mengambil peran sang raja dengki Herodes? Menyambut kelahiran bayi Yesus dengan benteng penolakan karena ketakutan akan hilangnya kenyamanan kita.
Jawabannya tentu berpulang pada kejujuran kita memeriksa batin masing-masing. Apakah kita bersama Yesus atau berseberangan dengan Dia.
Lihat Juga:
Renungan Harian
Minggu, 3 Maret 2024
Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...
Jadwal Misa Rutin
Sabtu | Pukul 16:30 |
Pukul 19:00 | |
Minggu | Pukul 06:30 |
Pukul 09:00 | |
Pukul 11:30 | |
Pukul 16:30 | |
Pukul 19:00 |