Adven Pertemuan II Tetanggaku, Saudaraku

 Amideus Chadikun  |     4 Dec 2016, 06:04

Malaikat Tuhan tidak hanya menjumpai dan menyampaikan kabar sukacita kepada Zakharia, bahwa istrinya Elisabet akan mengandung anak laki-laki yang kita kenal dengan nama Yohanes Pembaptis. Ia juga pergi menjumpai perawan Maria, membawa firman Allah yang telah diucapkan melalui nubuat tentang Mesias. Ditanamkanlah benih firman itu di dalam rahim Bunda Maria. Yang ditulis oleh Rasul Yohanes sangatlah akurat: 'Firman itu telah menjadi manusia'(Yohanes 1:14).

Adven Pertemuan II Tetanggaku, Saudaraku

Tak ada seorang perawan pun selain Bunda Maria yang pernah mengalami proses kelahiran; yang membutuhkan sebuah benih untuk membuatnya terjadi. Hal ini sama artinya dengan: bila kita menerima dan mempercayai firman Allah di dalam hati, kita akan melahirkan impian atau harapan kita menjadi kenyataan di dalam alam jasmani.

Kabar sukacita yang dialami Bunda Maria membuatnya tanpa ragu pergi mengunjungi Elisabet. Kisah ini memberikan hikmat yang begitu banyak yaitu:

  • Sebelum Bunda Maria mengungkapkan yang dialaminya, Elisabet telah meneguhkannya. Bunda Maria mengalami dan merasakan sukacita yang luar biasa. Dalam hidup bertetangga, kita juga perlu memberikan dukungan dan peneguhan agar tetangga kita mengalami sukacita sehingga nama Tuhan dipermuliakan.

  • Elisabet memiliki kerendahan hati dengan memuji dan memuliakan Bunda Maria, serta menyatakan imannya dengan menyebut Yesus sebagai Tuhan pada saat Yesus masih di dalam rahim Bunda-Nya. Kita pun dapat menyatakan iman kita dengan mengakui Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat, dengan mau rendah hati, peduli dan mengasihi sesama yang lemah, kecil, miskin, tersingkir dan difabel.

  • Ketika mendengar salam Bunda Maria, Yohanes Pembaptis yang masih berupa janin enam bulan melonjak kegirangan di dalam rahim Elisabet. Roh Kudus hanya memenuhi manusia yang hidup. Bayi-bayi yang berada di dalam kandungan ibunya merupakan manusia hidup di hadapan Allah. Oleh karena itu, kita perlu menyadari bahwa Allah sangat menghargai kehidupan. Allah menciptakan manusia sebagai mahluk yang paling mulia, dan kehidupan ciptaan-Nya itu sudah dimulai pada saat 'konsepsi' (pembuahan saat sel telur dan sperma bertemu dan bersatu). Kita pun perlu menghargai ciptaan Allah yang paling mulia ini dengan menolak segala tindakan yang tidak berkenan di hadapan Allah, seperti aborsi dan lain-lain.

Sebelum Bunda Maria mengungkapkan yang dialaminya, Elisabet telah meneguhkannya. Bunda Maria mengalami dan merasakan sukacita yang luar biasa. Dalam hidup bertetangga, kita juga perlu memberikan dukungan dan peneguhan agar tetangga kita mengalami sukacita sehingga nama Tuhan dipermuliakan.

Elisabet memiliki kerendahan hati dengan memuji dan memuliakan Bunda Maria, serta menyatakan imannya dengan menyebut Yesus sebagai Tuhan pada saat Yesus masih di dalam rahim Bunda-Nya. Kita pun dapat menyatakan iman kita dengan mengakui Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat, dengan mau rendah hati, peduli dan mengasihi sesama yang lemah, kecil, miskin, tersingkir dan difabel.

Ketika mendengar salam Bunda Maria, Yohanes Pembaptis yang masih berupa janin enam bulan melonjak kegirangan di dalam rahim Elisabet. Roh Kudus hanya memenuhi manusia yang hidup. Bayi-bayi yang berada di dalam kandungan ibunya merupakan manusia hidup di hadapan Allah. Oleh karena itu, kita perlu menyadari bahwa Allah sangat menghargai kehidupan. Allah menciptakan manusia sebagai mahluk yang paling mulia, dan kehidupan ciptaan-Nya itu sudah dimulai pada saat 'konsepsi' (pembuahan saat sel telur dan sperma bertemu dan bersatu). Kita pun perlu menghargai ciptaan Allah yang paling mulia ini dengan menolak segala tindakan yang tidak berkenan di hadapan Allah, seperti aborsi dan lain-lain.

Sebelum Bunda Maria mengungkapkan yang dialaminya, Elisabet telah meneguhkannya. Bunda Maria mengalami dan merasakan sukacita yang luar biasa. Dalam hidup bertetangga, kita juga perlu memberikan dukungan dan peneguhan agar tetangga kita mengalami sukacita sehingga nama Tuhan dipermuliakan.

Elisabet memiliki kerendahan hati dengan memuji dan memuliakan Bunda Maria, serta menyatakan imannya dengan menyebut Yesus sebagai Tuhan pada saat Yesus masih di dalam rahim Bunda-Nya. Kita pun dapat menyatakan iman kita dengan mengakui Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat, dengan mau rendah hati, peduli dan mengasihi sesama yang lemah, kecil, miskin, tersingkir dan difabel.

Ketika mendengar salam Bunda Maria, Yohanes Pembaptis yang masih berupa janin enam bulan melonjak kegirangan di dalam rahim Elisabet. Roh Kudus hanya memenuhi manusia yang hidup. Bayi-bayi yang berada di dalam kandungan ibunya merupakan manusia hidup di hadapan Allah. Oleh karena itu, kita perlu menyadari bahwa Allah sangat menghargai kehidupan. Allah menciptakan manusia sebagai mahluk yang paling mulia, dan kehidupan ciptaan-Nya itu sudah dimulai pada saat 'konsepsi' (pembuahan saat sel telur dan sperma bertemu dan bersatu). Kita pun perlu menghargai ciptaan Allah yang paling mulia ini dengan menolak segala tindakan yang tidak berkenan di hadapan Allah, seperti aborsi dan lain-lain.

Sebelum Bunda Maria mengungkapkan yang dialaminya, Elisabet telah meneguhkannya. Bunda Maria mengalami dan merasakan sukacita yang luar biasa. Dalam hidup bertetangga, kita juga perlu memberikan dukungan dan peneguhan agar tetangga kita mengalami sukacita sehingga nama Tuhan dipermuliakan.

Elisabet memiliki kerendahan hati dengan memuji dan memuliakan Bunda Maria, serta menyatakan imannya dengan menyebut Yesus sebagai Tuhan pada saat Yesus masih di dalam rahim Bunda-Nya. Kita pun dapat menyatakan iman kita dengan mengakui Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat, dengan mau rendah hati, peduli dan mengasihi sesama yang lemah, kecil, miskin, tersingkir dan difabel.

Ketika mendengar salam Bunda Maria, Yohanes Pembaptis yang masih berupa janin enam bulan melonjak kegirangan di dalam rahim Elisabet. Roh Kudus hanya memenuhi manusia yang hidup. Bayi-bayi yang berada di dalam kandungan ibunya merupakan manusia hidup di hadapan Allah. Oleh karena itu, kita perlu menyadari bahwa Allah sangat menghargai kehidupan. Allah menciptakan manusia sebagai mahluk yang paling mulia, dan kehidupan ciptaan-Nya itu sudah dimulai pada saat 'konsepsi' (pembuahan saat sel telur dan sperma bertemu dan bersatu). Kita pun perlu menghargai ciptaan Allah yang paling mulia ini dengan menolak segala tindakan yang tidak berkenan di hadapan Allah, seperti aborsi dan lain-lain.

Sebelum Bunda Maria mengungkapkan yang dialaminya, Elisabet telah meneguhkannya. Bunda Maria mengalami dan merasakan sukacita yang luar biasa. Dalam hidup bertetangga, kita juga perlu memberikan dukungan dan peneguhan agar tetangga kita mengalami sukacita sehingga nama Tuhan dipermuliakan.

Elisabet memiliki kerendahan hati dengan memuji dan memuliakan Bunda Maria, serta menyatakan imannya dengan menyebut Yesus sebagai Tuhan pada saat Yesus masih di dalam rahim Bunda-Nya. Kita pun dapat menyatakan iman kita dengan mengakui Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat, dengan mau rendah hati, peduli dan mengasihi sesama yang lemah, kecil, miskin, tersingkir dan difabel.

Ketika mendengar salam Bunda Maria, Yohanes Pembaptis yang masih berupa janin enam bulan melonjak kegirangan di dalam rahim Elisabet. Roh Kudus hanya memenuhi manusia yang hidup. Bayi-bayi yang berada di dalam kandungan ibunya merupakan manusia hidup di hadapan Allah. Oleh karena itu, kita perlu menyadari bahwa Allah sangat menghargai kehidupan. Allah menciptakan manusia sebagai mahluk yang paling mulia, dan kehidupan ciptaan-Nya itu sudah dimulai pada saat 'konsepsi' (pembuahan saat sel telur dan sperma bertemu dan bersatu). Kita pun perlu menghargai ciptaan Allah yang paling mulia ini dengan menolak segala tindakan yang tidak berkenan di hadapan Allah, seperti aborsi dan lain-lain.

Lihat Juga:

Liturgi (WM) Lainnya...  Kembali

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi