Hidup Itu Sebuah Peziarahan
Rm. Yudhi | 30 Oct 2016, 11:53
Senin (24/10/2016) saya diminta Redaktur WM untuk menuliskan pengalaman ziarah ke Eropa pada 25 September-9 Oktober 2016. Saya setuju, tapi di batin saya mengatakan ada banyak pengalaman indah yang saya alami dari peziarahan ini. Bagaimana saya mau menuliskannya? Mungkin karena ini pejiarahan yang pertama bagi saya. Suatu pengalaman baru.
Bila hidup dimaknai sebagai suatu peziarahan maka ada beberapa hal yang dapat diangkat di sini dalam terang iman.
Pertama, syukur pada Allah. Saya yang dari desa boleh mengalami pengalaman batin yang luar biasa. Andai saja saya tidak menjadi imam, apakah saya dapat mengunjungi Vatican, Lourdes, Fatima, Avila, dan lain-lain? Kemungkinan besar tidak! Maka misalnya ketika misa di Avila, dimana St. Theresa pernah menorehkan ajaran dan jejak-jejak rohani bagi Ordo karmel, saya terasa bermimpi di siang bolong. Apa yang dulu hanya didengar dan dibaca kini secara nyata saya mengalami tempat itu.
Kedua, soal waktu yang singkat. Saya katakan singkat bila ditotal hanya dua minggu saja. Itu saja sebagian besar persen ada dalam kendaraan. Di tempat-tempat suci dan bersejarah itu sendiri tidak terlalu lama. Bahkan, saya merasakan terkadang waktu untuk menikmati dan merasakan keheningan batin di tempat bersejarah nan suci itu tidak terlalu mepet. Saya sendiri bila boleh memilih akan menambah waktu sedikit untuk bersemuka dengan Tuhan. Saya akan merasakan kehadiran-Nya lebih lama lagi. Mungkin seperti yang diusulkan oleh Petrus ketika di gunung Tabor, "Guru, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Baiklah kami dirikan tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia." Begitulah hidup di dunia ini memang seperti peziarah yang singkat.
Ketiga, saya banyak terkagum-kagum akan bangunan-bangunan gereja yang begitu megah dan indah. Mungkin seperti zaman Yesus banyak orang mengagumi Bait Allah. Gereja sebagai rumah Tuhan dan tempat kudus sungguh-sungguh layak sebagai tempat ibadah. Gereja menjadi tempat untuk mengagumi, memuji kemegahan dan keindahan Tuhan. Pahatan-pahatan dari mamer, perak bahkan emas menjadi pemandangan umum. Saya membatin,"Orang-orang zaman dahulu sangat hebat". Apalagi alat-alatnya mungkin tidak secanggih sekarang. Tetapi mereka telah membuktikan karya terbesarnya. Mereka berikan dan lakukan itu semua untuk Tuhan dan sesamanya.
Akhirnya, saya harus mencatat suatu keprihatinan. Kehidupan gereja Katolik di Eropa tengah mengalami kemunduran. Terutama orang-orang mudanya. Gereja-gereja megah dan indah itu ada banyak yang beralih fungsi sebagai situs atau museum. Mereka lebih memilih tempat-tempat menarik di mall, lapangan sepakbola, pantai-pantai dan kantor-kantor besar. Quo vadis Gereja Katolik Eropa?
Lihat Juga:
Renungan Harian
Minggu, 3 Maret 2024
Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...
Jadwal Misa Rutin
Sabtu | Pukul 16:30 |
Pukul 19:00 | |
Minggu | Pukul 06:30 |
Pukul 09:00 | |
Pukul 11:30 | |
Pukul 16:30 | |
Pukul 19:00 |