Mengapa Mengaku Dosa ke Seorang Imam?

 Yeremias Jena  |     25 Mar 2017, 12:24

Banyak kesalahpahaman di kalangan Protestan tentang pengakuan dosa. Mereka berpendapat bahwa hanya Allah yang dapat mengampuni dosa. Karena itu, untuk memperoleh pengampunan dosa, seorang umat beriman mendekati Allah secara pribadi dan mengakui dosa-dosanya, dan bukan melalui perantaraan seorang imam. Bagaimana kesalahpahaman semacam ini dapat ditanggapi?

Karena orang-orang Protestan sangat menekankan otoritas Kitab Suci sebagai satu-satunya sumber iman, mari kita cek apa yang dikatakan Kitab Suci mengenai pengakuan dosa. Setidaknya tiga sumber Perjanjian Baru dapat kita rujuk. Dalam Injil Matius 16:18-19 tertulis: "Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku, dan alam maut tidak akan menguasainya. Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kau ikat di dunia ini akan terikat di Sorga, dan apa yang kau lepaskan di dunia ini akan terlepas di Sorga. Rasul Yohanes menulis: "Damai Sejahtera bagi kamu. Sama seperti Bapa Mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu... terimalah Roh Kudus. Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada" (Yoh 20: 21-23). Kita juga baca dari Injil Matius 18:18: "Sesungguhnya apa yang kamu ikat di dunia ini akan terikat di Sorga dan apa yang kamu lepaskan di dunia ini akan terlepas di Sorga."

Selama hidup dan karya-Nya, Yesus mengampuni dosa-dosa. Dia ingin agar praktik ini dilanjutkan oleh para murid-Nya meskipun Dia sudah tidak ada di dunia lagi secara fisik. Dia mendelegasikan kekuasaan mengampuni dosa kepada para murid dan para gembala Gereja yang sudah Dia dirikan. Dengan begitu Gereja akan terus mengampuni umat-Nya dari generasi ke generasi melalui sri paus, para uskup dan para imam. Dasar biblis di atas menegaskan pendelegasian kekuasaan mengampuni dosa sekaligus siapa yang harus menjalankan kekuasaan itu.

Gereja Katolik juga mendasarkan pengampunan dosa pada kesaksian tradisi. Hal ini dapat kita baca dalam tulisan-tulisan Origin (185-254), Siprianus (210-258), Afraates (280-345), dan Ambrosius (339-397). Siprianus, misalnya, menulis bahwa pengampunan dosa dicurahkan Allah kepada manusia melalui para imam. Sementara itu Ambrosius menegaskan bahwa kekuasaan mengampuni dosa diberikan hanya kepada para imam. Penegasan-penegasan ini bukanlah hal yang baru, karena hanya mengingatkan kita akan kekuasaan pengampunan dosa yang telah ditetapkan oleh Tuhan Yesus sendiri.

Kekuasaan mengampuni selalu memiliki dua sisi, yakni mengampuni atau membiarkan dosa-dosa tidak diampuni. Supaya bisa diampuni, dosa-dosa harus dinyatakan secara verbal kepada seorang imam yang sedang mendengarkan pengampunan dosa. Di sini kita butuh iman dan kerendahan hati untuk mengakui dan menyatakan dosa-dosa kita supaya dapat diampuni Allah melalui para imam-Nya.

Lihat Juga:

Kolom Iman (WM) Lainnya...  Kembali

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi