Fatima, Rosario, dan Neraka
Yeremias Jena | 20 May 2017, 10:35
Ketiga bocah petani dari Fatima, Portugal seratus tahun lalu. Adalah Fransisco, Yasinta, dan Lusia, diizinkan Allah untuk menyaksikan sebuah penampakan. Bunda Maria tidak hanya menunjukkan dirinya kepada mereka.
Dia menunjukkan juga sebuah lautan api yang maha panas dan sungguh menakutkan. Tetapi kepada mereka juga diperlihatkan sukacita dan damai surgawi.
Anak seusia mereka pasti sangat ketakutan ketika ditunjukkan pemandangan lautan api maha panas. Apalagi ditunjukkan juga ribuan jiwa-jiwa yang sedang tersiksa lahir dan batin, penderitaan yang tidak ada bandingnya dan selamanya.
Benar seperti diakui belakangan oleh Lusia yang kemudian menjadi seorang biarawati. "Terima kasih kepada Bunda Maria Ratu Surgawi, penglihatan itu terjadi hanya beberapa saat. Pada penampakan pertama Bunda Maria berjanji akan membawa kami ke surga. Tanpa itu, saya rasa kami semua sudah mati semua karena tekanan dan ketakutan yang luar biasa [karena melihat sendiri siksa neraka]."
Gereja Katolik mengajarkan adanya neraka. Berbeda dari yang dilihat ketiga gembala dari Fatima itu, Gereja mendeskripsikan neraka dengan lebih menonjolkan hukuman yang berlangsung selamanya. Gereja tidak mendeskripsikannya sebagai keadaan di mana jiwa-jiwa dibakar selama-lamanya. Demikianlah, kita baca dari Katekismus Gereja Katolik: Ajaran Gereja mengatakan bahwa ada neraka, dan bahwa neraka itu berlangsung sampai selama-lamanya. Jiwa orang-orang yang mati dalam keadaan dosa berat masuk langsung sesudah kematian ke dunia orang mati, di mana mereka mengalami siksa neraka, 'api abadi'. Penderitaan neraka yang paling buruk adalah perpisahan abadi dengan Allah; hanya di dalam Dia manusia dapat menemukan kehidupan dan kebahagiaan, karena untuk itulah ia diciptakan dan itulah yang Ia rindukan (KGK 1035).
Penjelasan yang diberikan Gereja mengenai neraka dimaksudkan supaya kita memiliki rasa takut pada neraka. Selama masih hidup, kita memang harus takut pada penderitaan abadi di neraka, terutama karena kita akan terpisah dari Allah yang sungguh mengasihi kita.
Ketiga gembala dari Fatima itu sungguh melihat neraka sebagai lautan api yang terus menyala dan memanggangi jiwa-jiwa penuh dosa. Suster Lusia mengisahkan di kemudian hari, bahwa keadaan di neraka yang mereka saksikan itu penuh dengan rasa khawatir dan siksaan luar biasa. Neraka sungguh sebuah tempat terisolasi sama sekali, tempat paling menyiksa dan mengasingkan. Neraka bukanlah tempat 'pesta para pendosa' sebagaimana dibayangkan banyak orang.
Gambaran neraka dilukiskan secara sangat mencekam dalam karya Dante berjudul Inferno. Berbeda dengan penglihatan yang dialami ketiga gembala dari Fatima itu, Dante melukiskannya sebagai sebuah danau 'es'. Setan digambarkan sedang berada di dalam es dan tampak sedang menangis. Penguasa kerajaan derita/dari bagian tengah dadanya mengalirlah es/menangislah dia dengan enam matanya, mengalir melalui ketiga dagunya/menetes perlahan air mata itu dan juga darah kepura-puraan (Canto XXXIV).
Bukan sebagai tempat api yang menyala abadi, neraka dilukiskan Dante lebih sebagai tempat kegelapan, dingin dan putus asa. Dante menonjolkan neraka sebagai tempat terjadinya pemisahan kekal dari Tuhan, tempat mengerikan dan sangat sepi. Gambaran neraka ini menghadirkan tempat seseorang harus berteriak dan menangis sekencang-kencangnya tetapi tidak ada seorang pun yang dapat mendengarnya. Nereka adalah tempat orang ingin berada di samping seseorang dan itu tidak akan pernah bisa terjadi karena setiap jiwa sedang terjebak dan tidak bisa bergerak.
Gambaran neraka ini menakutkan dan mencekam. Meskipun begitu, kabar baiknya adalah bahwa Bunda Maria tidak hanya menunjukkan penglihatan neraka kepada ketiga bocah gembala itu. Bunda Maria ingin mereka tahu mengapa kita harus berusaha menghindari neraka dan mengapa kita harus berusaha keras untuk mencapai surga, juga dengan membawa serta semua orang yang kita kenal dan cintai.
Bunda Maria juga menawarkan jalur yang akan membawa jiwa ke pelukan surgawi.Dan inilah yang dikatakan dan ditawarkan Bunda Maria: Anda telah melihat neraka, tempat di mana jiwa orang berdosa mengalami penderitaan abadi. Untuk menyelamatkan jiwa-jiwa pendosa selama masih di dunia supaya tidak dikirim ke neraka, Allah telah menetapkan di dunia ini devosi kepada Hati Tak Bernoda saya.
Bunda Maria mengajari ketiga anak dari Fatima itu untuk mendekatkan diri ke Hati Tak Bernoda Maria supaya mereka bisa menyelamatkan jiwa mereka karena keterpisahan mereka dari Allah. Bunda Maria merekomendasikan kepada manusia untuk mempraktikkan Devosi Hari Sabtu Pertama. Dalam dan melalui devosi ini manusia bisa mempersembahkan korban pribadi dan doa-doa tambahan selamaselama Rosario.
Bunda Maria mengatakan: Saat berdoa Rosario, ucapkan ini setelah setiap misteri: "O, Yesusku, ampunilah kami dari siksa api neraka. Bawalah semua jiwa ke dalam surga, terutama mereka yang sangat membutuhkan pertolongan-Mu."
Anjuran Bunda Maria ini yang sekarang selalu kita ucapkan di akhir setiap misteri dalam Doa Rosario. Kita mengatakan: Ya Yesus yang baik ampunilah dosa-dosa kami, selamatkanlah kami dari api neraka dan antarlah jiwa-jiwa ke dalam surga mereka yang sangat membutuhkan kerahiman-Mu. Amin.
Doa yang merupakan anjuran Bunda Maria ini akan terus mengingatkan ketiga bocah dari Fatima tentang siksa neraka yang pernah mereka lihat. Doa-doa ini pula yang membangun niat dalam diri mereka untuk selalu berusaha menyelamatkan jiwa setiap kali berdoa Rosario.
Doa ini merangkum kehidupan kita sebagai orang Kristen. Melalui doa ini kita mengakui kebutuhan kita akan pengampunan pribadi. Doa ini juga mengarahkan seluruh usaha kita untuk membantu orang-orang di sekitar kita supaya bersama-sama bisa mencapai sukacita surga. Bunda Maria dari Fatima mengingatkan kita bahwa kita harus menginginkan agar semua jiwa bisa mencapai surga, juga musuh kita. Kita tidak boleh berharap agar seseorang menghabiskan kehidupan penuh derita kekal di neraka yang terpisah dari Allah.
Semakin kita mendekatkan diri kepada Hati Tak Bernoda Bunda Maria, semakin kita dekat pula dengan hati Yesus. Seperti yang ditulis St. Louis de Montfort, devosi kepada Bunda Maria adalah cara teraman, termudah, terpendek dan paling sempurna untuk mendekati Yesus.
Lihat Juga:
Renungan Harian
Minggu, 3 Maret 2024
Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...
Jadwal Misa Rutin
Sabtu | Pukul 16:30 |
Pukul 19:00 | |
Minggu | Pukul 06:30 |
Pukul 09:00 | |
Pukul 11:30 | |
Pukul 16:30 | |
Pukul 19:00 |