Maaf Lahir Batin

  9 Jul 2016, 11:29

Adalah salah satu kalimat pendek yang terdengar biasa namun indah. Tiga kata ini paling sering diucapkan saat Idul Fitri tiba. Satu sama lain berjabat tangan mengucapkan selamat dan mohon maaf atas salah dan dosa. Kata-kata sederhana itu dapat membuncahkan daya-daya spiritual dan sosial bagi kehidupan bersama ini.

Maaf Lahir Batin

Setiap tahun Paus atau Kardinal yang membidangi hubungan antar agama mengucapkan selamat itu Idul Fitri. Suatu tindakan dan kebiasaan yang sangat baik. Teladan ini tidak hanya menerangi tetapi menyemangati umat di akar rumput untuk menjalin tali silaturahim, mengeratkan ikatan persaudaraan, kendati berbeda iman dan agamanya. Sikap dan tindakan arif bijaksana ini tentu saja mesti didorong dan dikembangkan di tanah air Indonesia, yang multi dalam segalanya.

Gereja perlu memupuk dialog dan persaudaraan yang lebih akrab dan dekat dengan saudara/inya yang muslim. Secara kultural, Lebaran telah menjadi ritus sosial yang sangat indah. Orang-orang berbondong-bondong mudik, bahkan harus bertaruh nyawa karena kepadatan dan kemacetan di sana-sini tidak dapat diukur lagi. Tetapi itu semua tidak pernah mengecilkan hati untuk dapat bersilaturahim dengan orang-orang tercinta, orang tua kerabat, handai tolan di kampung halaman.

Praktik pesta cinta kasih antar sesama manusia mengalir rumah-rumah kecil atau besar. Mereka saling mengujungi dan berwawanhati setelah sekian lama tidak berjumpa karena pekerjaan yang memisahkan. Kita melihat betapa indahnya derap nafas persaudaraan. Apa yang lebih indah selain dari dua hati yang saling bertemu dan memaafkan?

Harapan selanjutnya tentu saja tidak berhenti pada ritus atau seremonial sosial belaka. Tetapi dari situ mengalirlah mata air kedekatan dan keeratan batin, sehingga persaudaraan yang sempat terputus karena pelbagai masalah dan perbedaan mencair untuk menyirami persaudaraan.

Bukankah itu yang sebenarnya dikehendaki oleh Tuhan? Kenapa Tuhan mengajarkan kasih bila Dia tidak ingin anak-anak-Nya hidup rukun dan damai? Hidup ini akan menjadi indah dan penuh kedamaian bila semua orang sadar akan tanggungjawab mengembangkan cinta kasihnya. Ketika orang lupa bahkan menabrak cinta kasih di sana terjadi kekacauan.

Puji Tuhan Lebaran atau hari Raya apapun itu sebenarnya menjadi oasis. Orang-orang siapapun dia bisa menikmati berkah hari raya. Ketika hari raya tidak bersifat sosial, tertutup dan sebatas untuk kelompoknya saja, sebenarnya orang-orang itu telah mengamputasi bahkan membunuh hakikat hari raya. Artinya tidak usah disebut hari raya (besar). Hari raya menjadi nyata bila dirayakan tanpa ada pembedaan dan sekat.

Mari kita tebarkan silaturahmi, bersaudara pada sesama kita di hari besar ini. Semoga silaturahmi dan persaudaran ini bertumbuh maju dalam kesejatian. Akhirnya mari dengan rendah hati dan ketulusan kepada saudara/i kita yang muslim menyampaikan selamat Idul Fitri, mohon maaf lahir dan batin.

Lihat Juga:

Kolom Iman (WM) Lainnya...  Kembali

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi