Keheningan

 Andreas Yudhi Wiyadi, O.Carm  |     6 Aug 2016, 20:02

Cerita rohani lama. Alkisah seorang guru rohani terkenal Anthony de Mello SJ pernah bercerita ada seekor ikan kecil yang masih muda berenang ke sana ke mari di luatan dengan induknya. Ikan kecil yang masih muda itu bertanya polos pada induknya,"Ibu tolong tunjukkan pada anakmu yang masih muda ini, di manakah lautan itu? Saya ingin sekali untuk melihat dan merasakannya?" Dengan sabar dan penuh pengertian si induk ikan itu menjawab,"Anakku, sadar dan ketahuilah bahwa sebenarnya engkau tengah berada dan berenang di lautan."

Keheningan

Cerita yang sungguh inspiratif dalam membuka pengertian dan kesadaran akan diri ini sebagai manusia dan realitas yang ada. Dari kita bisa saja ada yang menganggap ikan kecil dan pertanyaannya itu aneh. Karena dia mengajukan pertanyaan yang sebenarnya sudah menjadi bagian hidupnya.

Di situlah, pentingnya belajar. Kita semua tahu awal atau ibu dari segala ilmu adalah pertanyaan. Orang yang bijaksana itu bukan pertama-tama orang pandai menjawab segala persoalan dan pertanyaan. Bukan! Orang yang bijaksana itu justru orang yang pandai merumuskan pertanyaan secara tepat dan benar. Karena dengan pertanyaan misteri-misteri realitas hidup ini tergali semakin dalam. Orang yang biasa bertanya biasanya juga rendah hati.

Dulu, kita sering mendengar, senyumnya Pak Harto sang presiden sejuta makna. Di sepotong senyum itu ada kabut misterinya. Beliau tersenyum tetapi apa itu identik dengan sukicita, setuju? Belum tentu! Orang lantas mulai menerka-nerka."Senyum Babe ini apa,ya artinya?"

Sama dengan realitas kehidupan ini. Ada banyak hal yang tidak bisa kita simpulkan dengan begitu gampang. Memang realitasnya tidak sesimpel itu. Kita manusia memang perlu hening. Kita memang perlu bertanya. Kita manusia membutuhkan saat untuk sendiri bertemu dengan Allah asal dan dan sumber dari segala sesuatu.

Salah satu tantangan orang modern sekarang di sini. Orang sekarang sulit memasukikeheningan. Orang ingin cepat dapat hasilnya. Apalagi dengan perkasanya daya tarik HP, gadget, Internet, dan sebagainya. Akibatnya, orang tidak mendalam alias dangkal. Orang seperti ini ibaratnya membangun rumah di atas pasir, bila terjadi hujan dan banjir hebatlah kerusakannya.

Yesus Kristus tak demikian. Ia seorang pendoa bahkan sangat kontemplatif. Orang seperti ini tentu tidak mudah tergerus dan mudah terseret arus yang menghanyutkan. Orang Jawa bilang,"Ngeli nanging ora keli" (baca: terhanyut tetapi tidak hanyut). Ia masih kokoh kuat dalam merenangi derasnya arus zaman ini tetapi tidak hancur dan hilang.

Lihat Juga:

Kolom Iman (WM) Lainnya...  Kembali

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi