Putra Altar MBK Mendengar Bisikan Panggilan
4 Dec 2010, 11:46
Saya masuk misdinar ketika saya murid kelas 2 SMP. Waktu itu, ketika ke gereja, saya lihat enam anak misdinar yang sedang membantu romo dalam misa. Saya pun berniat masuk misdinar supaya menjadi orang yang lebih mandiri, dan ingin menjadi orang yang mempunyai sikap percaya diri dan tegas. Pokoknya saya mau lebih dekat sama Tuhan.
Semenjak saya dilantik sebagai anggota saya menjadi bangga sebagai anggota misdinar. Dalam diri saya juga ada harapan bisa menjadi pelayan Tuhan yang setia dan ingin mengenal kehidupan membiara, dan dari sinilah benih suara panggilan semakin kuat. Saya pernah merasakan jatuh cinta pertama kepada seorang wanita. Saya senang.
Tapi setelah satu minggu pacaran diputuskan sama pacar saya, saya merasakan sakit hati. Saya patah semangat hidup. Semakin lama saya menjomblo saya rasa saya perlu mencari pujaan hati. Saya menemukan pujaan hati saya saat saya Live-In ke Malang untuk mengantarkan tiga sahabat saya yang masuk seminari. Dari situ saya merasakan hidup berpacaran, dan suara panggilan hidup membiara saya makin lama makin hilang. Setelah sembilan bulan saya berpacaran saya tidak lagi merasa berpacaran. Maka saya memutuskan hubungan dengan pacar.
Setelah saya tidak lagi berpacaran suara panggilan muncul lebih keras dalam hati saya. Tetapi saya merasa belum kuat. Saya aktif dalam Seksi Panggilan, dan di sana saya ingin mendalami spiritualitas hidup membiara. Syaratnya saya aktif dalam acara Seksi Panggilan seperti: Taize, Live-In ke seminari yang di Jakarta, dan berkumpul (sharing) kepada anak-anak seminari.
Lalu saya bertemu dengan romo dan menceriterakan hidup saya dan saya bilang kepada romo saya ingin masuk hidup membiara. Romo menguatkan saya, ia memberi arahan supaya saya mendalami suara panggilan. Tapi sayang saya baru dua tahun mendapatkan sosok seorang pembina pendalaman iman sekaligus pembina putra altar, pembina saya itu pindah bertugas ke Malang. Saya merasakan kehilangan, dan kemudian saya rasa suara panggilan saya makin lama makin hilang. Tetapi saya tidak menyerah. Saya berdoa.
Lalu saya menemukan romo yang saya rasa cocok mendampingi saya untuk pendalaman iman saya dan kehidupan spiritual membiara. Romo itu baru pindah tugas dari Cina. Romo ini memberi arahan supaya suara panggilan ini berakar, bertumbuh, dan menghasilkan buah dihati saya, saya perlu meluangkan waktu berdoa di goa Maria dan di ruang adorasi supaya saya merefleksikan diri sambil memperdalam, mendekatkan diri kepada Tuhan, dan karena itu pikiran dan hati saya menjadi tenang.
Dari sinilah benih suara panggilan membiara semakin saya rasakan hingga saat ini. Apabila saya merasa makin mantap dengan panggilan saya, saya akan makin memperdalam spirituaitas hidup membiara. Dan tentu saja saya harus meninggalkan kebiasaan gaya kehidupan yang bebas. Apakah nanti suatu hari saya akan diterima untuk hidup membiara, saya tidak tahu. Saya serahkan kepada Tuhan. Kini saya mengikuti panggilan-Nya menjadi putra altar.
(Felix P - Putra Altar St. Tarsisius MBK)
Lihat Juga:
Renungan Harian
Minggu, 3 Maret 2024
Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...
Jadwal Misa Rutin
Sabtu | Pukul 16:30 |
Pukul 19:00 | |
Minggu | Pukul 06:30 |
Pukul 09:00 | |
Pukul 11:30 | |
Pukul 16:30 | |
Pukul 19:00 |